Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Renovasi Ka’bah dan Kisah Pengambilan Keputusan 02 (Siroh Nabawiyyah #20)

#

Program Belajar Syariah Ke 1
Siroh Nabawiyyah #20
Renovasi Ka’bah dan Kisah Pengambilan Keputusan 02
Ustadz Sirajul Yani, M.H.I


Setelah itu mulailah mereka merenovasi Ka'bah masing-masing kabilah mendapat tugas tersendiri maka bagian pintu dikoordinir oleh kabilah Bani Abdi Manaf dan zuhrah Adapun dinding antara sudut Hajar Aswad dan sudut ruknu yamani dikoordinir oleh Beni makhzum dan kabilah kabilah dari Quraisy ikut bergabung bersama mereka adapun yang bertanggung jawab terhadap atap Ka'bah adalah Bani Jumah dan saham anak dari Amar bin Hashis bin ka'ab bin luai Adapun bagian Hijir atau al-hathiim dikoordinat oleh bani abdi dar ibn Qusai dan juga bani asad ibn uzzah ibn kusai begitu juga bani adi ibn Ka'ab ibn luai dan orang-orang yang paling mulia diantara mereka berkesempatan memikul Hajar Aswad di pundak mereka Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dan Paman beliau Abbas termasuk orang-orang yang bertugas memikulnya sementara yang diberi tanggung jawab untuk memimpin proyek pembangunan ini adalah seorang ahli bangunan berkebangsaan Romawi bernama bakum namun kemudian orang-orang Quraisy kehabisan dana dalam menyempurnakan pembangunan di atas sebagaimana bangunan yang dibangun di atas pondasi Nabi Ibrahim Alaihissalam merekapun menyisahkan 6 Hasta di bagian Utara dari pondasi tersebut kemudian mereka dirikan di atasnya satu tembok pendek sebagai tanda bahwa bagian tersebut pada asalnya adalah termasuk bangunan Ka'bah bagian Ka'bah itu kemudian dikenal dengan nama Al Hijr atau al-hathim. 

Ketika tahap pembangunan sampai kepada penempatan Hajar Aswad maka setiap pemuka kabilah ingin mendapatkan kehormatan untuk meletakkan batu tersebut pada tempatnya terjadilah perselisihan dan pertengkaran di antara mereka yang ini berlangsung hingga 4 atau 5 hari lamanya sampai-sampai hampir terjadi pertumpahan darah di Baitul haram Abu Umayyah bin Almughiroh Almakhzumi mendapatkan ide baik ide Cemerlang Ia yang dituakan di kalangan Quraisy yang mengusulkan kepada kaumnya agar mereka mau menyerahkan urusan ini kepada orang yang nanti pertama kali datang masuk menjumpai mereka melewati pintu Masjidil Haram Mereka pun mau menerima dan sepakat dengan usulan tersebut sesuai dengan kehendak Allah subhanahu wa ta'ala ternyata orang yang pertama kali masuk masjid setelah ditetapkan usulan tersebut adalah nabi kita Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam maka ketika mereka melihat itu mereka berteriak mengatakan inilah al-amin al-amin artinya orang yang bisa dipercaya kemudian mereka mengatakan kita Ridho kepadanya inilah Muhammad mereka Ucapkan kalimat tersebut dengan lantang. 

Ketika Nabi Shallallahu alaihi wasallam sampai kepada mereka, mereka pun menerangkan masalahnya beliau pun Shallallahu Alaihi Wasallam mengambil kainnya diletakkan Hajar Aswad di atasnya dan memerintahkan agar masing-masing pemuka dari mereka pegang ujung-ujung lainnya dan serampak mengangkatnya ketika Hajar Aswad hampir sampai di tempatnya Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam pun mengambil dan meletakkannya, inilah penyelesaian yang tepat yang bisa disetujui semua pihak Hajar Aswad kemudian diletakkan dengan ketinggian 1 setengah meter dari permukaan tanah pelataran Towaf Adapun pintu Ka'bah letaknya mereka tinggikan sekitar 2 meter sehingga tidak mudah untuk masuk kecuali orang-orang tertentu yang diperbolehkan sedangkan dinding dinding Ka'bah mereka bangun dengan ketinggian 18 Hasta sementara sebelumnya hanya setengah dari tingginya yang sekarang mereka juga panjangkan 6 tiang di dalam Ka'bah dalam 2 baris kemudian mereka memberi atap dalam ketinggian 15 Hasta sedangkan sebelumnya tanpa atap dan tanpa tiang-tiang. 

Dan perlu diperhatikan bahwasanya Dalam renovasi ka'bah atau pembangunan ka'bah terjadi empat fase: 



1. Yaitu bangunan ka'bah yang didirikan oleh Nabi Ibrahim Alaihissalam Sebagaimana terlihat jelas di gambar 

2. Kemudian setelahnya bentuk Ka'bah atau bangunan Ka'bah yang telah direnovasi oleh kaum Quraisy pada zaman Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam sebagaimana yang telah kita sebutkan bentuk-bentuknya 

3. Kemudian setelah itu direnovasi kembali oleh Abdullah bin Zubair yang mana beliau mengembalikan bentuk Ka'bah seperti bentuk awal yang dibangun oleh Nabi Ibrahim Alaihissalam yaitu tanpa ada hijr yang mana dibangun dengan ukuran sebagaimana ukuran pada zaman Nabi Ibrahim Alaihissalam dan juga pintu diturunkan ke bawah sampai dasar Adapun atap tetap seperti bangunan yang dibangun pada zaman kaum Quraisy 

4. Kemudian setelah itu fase yang terakhir yang keempat bentuk bangunan bentuk renovasi yang dibangun oleh atau yang direnovasi oleh Hajjaj ibnu yusuf Ats-tsaqofi yang mana beliau mengembalikan bentuk bangunan Ka'bah sebagaimana bentuk pada zaman kaum Quraisy diberikan hijr, pintunya dinaikkan ditinggikan 2 M ke atas kemudian setelah itu pada zaman Harun ar-rasyid beliau ingin merenovasi kembali bentuk ka'bah ingin mengembalikan bentuk Ka'bah sebagaimana pada bentuk semula pada zaman Nabi Ibrahim Alaihissalam akan tetapi para ulama ketika itu al-imam Malik rahimahullah menasehati beliau agar tidak melakukannya Kenapa karena karena melihat ke depan melihat kemaslahatan dan kemudharatan yang akan terjadi. 

Jika Harun ar-rasyid melakukan Renovasi kembali maka raja-raja setelahnya atau pemimpin-pemimpin setelahnya akan mengikuti beliau dan akan melakukan renovasi terus sampai pada zaman kita ini oleh karena itu beliau cukupkan dan tutup celah ini sehingga bentuk ka'bah dibiarkan setelah itu sampai pada zaman kita sekarang. 
Wallahu Ta'ala A'lam

Semoga bermanfaat
وصلى الله على نبينا محمد وآخر دعوانا عن الحمدلله رب العالمين

Soal Evauasi: Apa perbedaan bentuk ka'bah pada zaman Nabi Ibrahim dengan zaman kita?

NB:Dilarang mengubah audio dan isi materi atau memindahkannya tanpa mencantumkan sumber.

Post a Comment for "Renovasi Ka’bah dan Kisah Pengambilan Keputusan 02 (Siroh Nabawiyyah #20)"