Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Perang Fijar dan Perjanjian Fudhul (Siroh Nabawiyyah #15)

Perang Fijar dan Perjanjian Fudhul

Program Belajar Syariah Ke 1
Siroh Nabawiyyah #15
Perang Fijar dan Perjanjian Fudhul
Ustadz Sirajul Yani, M.H.I


بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله و الصلاة والسلام على رسول الله و على اله و اصحابه و من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين أما بعد
Kita lanjutkan kembali pembahasan Sirah Nabawiyah. Pembahasan kali ini berkaitan dengan perang fijar dan juga perjanjian fudhul. 

Pada usia Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam 20 tahun terjadilah perang fijar antara kaum Quraisy dengan kaum Qais 'Aylan di Pasar Ukaz. Peperangan ini terjadi dengan sangat sengit hingga banyak korban tewas berjatuhan dari kedua kubu yang mana pemimpin dari kubu Quraisy Kinanah adalah Harb ibn Umayyah dan kemenangan di awal hari diperoleh oleh kubu Qais 'Aylan atas Quraisy dan Kinanah sampai di pertengahan hari kemenangan diraih oleh kubu Quraisy Kinanah kemudian mereka sepakat untuk menghitung jumlah korban yang berjatuhan diantara kedua belah kubu. Siapapun diantara kedua belah kubu yang korbannya lebih banyak ia berhak mendapat tebusan sejumlah korban tambahan. Akhirnya kedua belah pihak menyetujui hal itu. Perang pun berakhir dan lenyap sudah permusuhan dan kejahatan yang pernah terjadi di antara mereka. 

Perang ini dihadiri oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, beliau bertugas mempersiapkan anak panah untuk dilepaskan oleh paman-paman beliau dan perang ini disebut dengan perang fijar karena melanggar kesucian Mekah dan dan juga bulan haram. Perang ini semuanya terjadi dalam satu tahun dan perang yang dibahas ini adalah perang yang terakhir, perang yang keempat. 3 peperangan sebelumnya berakhir setelah pertengkaran dan perkelahian ringan di antara mereka dan tidak terjadi peperangan yang besar sampai menumpahkan darah selain pada kali yang keempat ini. 

Kemudian berikutnya setelah berjalan 4 bulan lamanya yaitu bertepatan pada bulan Dzulqa'dah terjadilah perjanjian fudhul. Perjanjian fudhul antara 5 keturunan kabilah Quraisy mereka adalah Bani Hasyim, Bani Muthalib, Bani Asad, Bani Zuhrah, dan Bani Taim. Latar belakang perjanjian ini adalah sebab dari perjanjian ini adalah seseorang dari Zubait, Zubait ini nama kabilah yang tiba di Makkah dengan membawa barang dagangan kemudian barang-barangnya dibeli oleh Ash ibn Wail as-Sahmi, hanya saja Ash ibn Wail as-Sahmi tidak memenuhi hak-haknya artinya tidak membayarnya. 

Kemudian orang tersebut meminta pertolongan kepada beberapa suku di situ yaitu kepada Bani Abdiddar, Bani Makhzuf, Bani Yumah, Bani Sahm dan Bani Adi akan tetapi mereka tidak memperdulikan atau tidak mau membantu orang ini. Maka orang tersebut yang dari Zubait, naik ke atas bukit, bukit Abu Qubais, pada saat ini sudah diratakan karna perluasan Masjidil Haram. Dan lelaki ini dari Zubait ini menuturkan kezhaliman yang ia dapatkan dalam bentuk bait-bait syi'ir menggambarkan kezhaliman 'Ash dan memanggil siapa saja yang ingin membantu dia , membantu mengembalikan haknya. 

Maka berjalanlah mendekati beliau Zubair ibn Abdul Muthalib sampai berkumpullah orang-orang yang telah dipanggil atau disebutkan Abdullah ibn Jud'an yaitu pemimpin Bani Taim. Mereka di rumah ini saling berjanji untuk membela siapapun yang diperlakukan secara semena-mena baik dari kalangan penduduk Makkah maupun yang lainnya agar haknya dikembalikan. Setelah itu mereka menemui 'Ash ibn Wail dan mengambil kembali hak-hak untuk diserahkan kepada laki-laki tersebut yang dari Zubait tadi. 

Perjanjian ini dihadiri oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersama paman-paman beliau sehingga setelah Allah mengutus Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wasallam mengenai peristiwa perjanjian fudhul beliau mengatakan : 
لقد شهِدت في دار عبدالله بن جُدعان حِلفًا ما أحب أنّ لي به حمر النعم ولو أُدعي به في الإسلام لأجبتُ
" Aku pernah menyaksikan di rumah Abdullah ibn Jud'an suatu perjanjian yang lebih aku sukai dari unta merah yaitu harta yang paling berharga saat itu. Andai aku diundang untuk perjanjian tersebut di masa Islam pasti aku akan penuhi." 

Pelajaran dan ibroh yang bisa kita ambil pada perjanjian fudhul adalah 

1. Saling tolong menolong dalam kebaikan dan taqwa. Kata Allah Subhanahu Wa Ta'ala : 
و تعاونوا على البر و التقوى و لا تعاونوا على الإثم و العدوان
" Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan taqwa dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. 

2. Wajibnya membantu atau menolong orang yang terdzalimi siapapun dia dan juga siapapun orang yang mendzaliminya. Kata Nabi shallallahu alaihi wasallam : 
الظلم ظلمات يوم القيامة
" Kedzaliman adalah kegelapan pada hari kiamat" 

3. Ini menunjukkan kemuliaan nasab Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wasallam yang mana yang memimpin perjanjian fudhul adalah pamannya Zubair ibn Abdil Muthalib yang mana beliau membantu menolong laki-laki yang terdzalimi dari Zubait dan mengembalikan haknya walaupun Zubair, walaupun dia seorang kafir. 

Semoga bermanfaat 
و صلى الله على نبينا محمد و اخر دعوانا عن الحمد لله رب العالمين
Soal Evauasi: Apa sebab terjadinya perjanjian fudhul?

NB:Dilarang mengubah audio dan isi materi atau memindahkannya tanpa mencantumkan sumber.

Post a Comment for "Perang Fijar dan Perjanjian Fudhul (Siroh Nabawiyyah #15)"