Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Membaca Al-Qur'an Di Bulan Ramadhan

Membaca Al-Qur'an Di Bulan Ramadhan

Ramadhan merupakan bulan yang penuh berkah dan saat dilipatgandakannya pahala. Di dalam bulan itulah diturunkan al- Qur'an, sebagaimana fırman-Nya:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (per- mulaan) al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjela- san-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang batil). (QS. al-Baqarah [2]: 185)

Memperbanyak membaca dan mempelajari al-Qur'an di bulan ini termasuk amalan yang dianjurkan, bahkan Malaikat Jibril selalu datang kepada Nabi untuk mengecek dan membacakannya al-Qur'an. Sebagai kitab suci, al-Qur'an memiliki adab-adab yang harus kita penuhi ketika berinteraksi dengannya. Berikut ini adab- adab ketika membaca dan mempelajari al-Qur'an dengan acuan dari al-Qur'an dan Sunnah.

Adab Membaca dan Mempelajari al-Qur'an

1. Ikhlas

Membaca dan mempelajari al-Qur'an termasuk ibadah, karena itu ikhlas dan ittiba sudah menjadi kemestian. Ikhlas berma'na mencari ridha dan ganjaran dari Allah dengan menafikan (meniadakan) tujuan-tujuan yang lain. Allah berfirman:
وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus. (QS. al-Bayyinah [98]: 5)

Dalam sebuah hadits Rasulullah pernah mengisahkan tiga orang yang masuk neraka dikarenakan amalan mereka. Di antaranya seseorang yang menuntut ilmu dan membaca al-Qur'an, pada hari akhir dia ditanya oleh Allah: "Apa yang kamu kerjakan di dunia dengan nikmat tersebut?" Orang tersebut menjawab: "Aku menuntut ilmu dan membaca al-Qur'an hanya karenaMu ya Allah." Allah kemudian berkata: "Engkau dusta! Sesungguhnya engkau menuntut ilmu agar dikatakan sebagai orang alim dan engkau membaca al-Qur'an agar dikatakan sebagai qari' (ahli baca al-Qur'an). (HR. Muslim No. 1905).

2. Mengamalkannya

Ilmu tanpa amal bagaikan pohon tanpa buah, karena amal merupakan konsekuensi dari ilmu. Mengamalkan al-Qur'an yaitu dengan mengimani dan memenuhi segala tuntutannya, dari menghalalkan yang dihalalkan, mengharamkam yang diharamkam, dan sebagai- nya. Berkata Abu Abdirrahman as-Sulami "Dahulu para saha- bat nabi yang mengajarkan kami al-Qur'an, semisal Utsman bin Affan, Abdullah bin Mas'ud, dan lainnya, mereka jika belajar sepuluh ayat, tidak pindah hingga mengamalkannya, mereka belajar dan mengamalkan al-Qur'an secara bersama," (Syarh Muqaddimah Tafsir hlm. 22 Ibnu Utsaimin).

Bahkan terdapat ancaman bagi orang yang enggan mengamalkan al-Qur'an, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Samurah bin Jundab, bahwasanya Rasulullah bersabda: "Pada suatu malam aku bermimpi didatangi dua orang laki-laki, maka keduanya membawaku ke sebuah tempat yang bernama 'Al-Ardh al-Muqaddesah' (dice- ritakan dalam hadits tersebut bahwa Rasulullah mendapati peristiwa demi peristiwa, Pent.) hingga kami menjumpai seseorang yang dipecah kepalanya dengan batu besar. (Rasulullah pun melanjut- kan ceritanya, Pent.) hingga beliau bersabda: "Kalian berdua telah membawaku berkeliling, maka jelaskanlah kepadaku peristiwa-pe- ristiwa tersebut!" Kedua laki-laki itu berkata: "... adapun orang yang dipecah kepalanya dengan batu besar adalah orang yang Allah ajari al-Qur'an, tetapi dia bermalas-malasan dengan tidur di waktu ma- lam dan tidak mengamalkannya di waktu siang." (HR. Bukhari No. 1386).

3. Terus-menerus dalam membaca dan mempelajarinya

Maksudnya adalah teratur dalam membaca dan menghafalnya agar tidak lupa dan hilang dari dada. Hal tersebut dapat terwujud dengan selalu mengulang-ulanginya dan membuang jauh-jauh rasa jemu.
عَنْ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ ، عَنْ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: تَعَاهَدُوا القُرْآنَ فَوَا الَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَهُوَ أَشَدُّ تَفْصِيًّا مِنَ الْإِبِلِ فِي عُقَلِهَا
Dari Abu Musa al-Asy'ari dari Nabi beliau bersabda: "Jagalah selalu al-Qur'an! Demi Dzat yang jiwaku ada di ta- ngan-Nya, sesungguhnya hal itu lebih kuat daripada ikatan tali unta. (HR. Bukhari No. 5033 dan Muslim No. 791).

4. Merenungi kandungan maknanya

Hikmah diturunkannya al-Qur'an agar manusia dapat memikirkan dan merenungi ayat-ayat-Nya serta mengambil pelajaran darinya, Allah berfirman:
كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا عَايَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُوا الْأَلْبَابِ)
Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu pe- nuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayat- nya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mem- punyai pikiran. (QS. Shad [38]: 29) Bahkan Allah mencela orang-orang yang enggan merenungi al- Qur'an, dalam firman-Nya:
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا
Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur'an atau- kah hati mereka yang terkunci? (QS. Muhammad [47]: 24)

Syaikh Muhammad bin Utsaimin berkata: "Dalam ayat ini Al- lah mencela orang-orang yang tidak mentadabburi al-Qur'an dan mengisyaratkan bahwa hal itu termasuk terkuncinya hati mereka dan tercegahnya kebaikan pada mereka." (Ushul fi Tafsir hlm. 25).

5. Suci dari hadats

Membaca al-Qur'an termasuk dzikir yang agung. Karena itu, barang siapa yang akan membaca al-Qur'an hendaklah ia bersuci, baik dari hadats kecil maupun besar. Rasulullah bersabda:
إنِّي كَرِهْتُ أنْ أَذْكُرَ اللهَ إلّا على طَهارَةٍ
"Sesungguhnya aku benci untuk berdzikir kepada Al- lah kecuali dalam keadaan suci”. (HR. Abu Dawud No. 17).

Syaikh al-Albani berkata: Nabi membenci untuk berdzikir kepada Allah kecuali dalam keadaan suci, maka hal itu menunjukkan bahwa membaca al-Qur'an tanpa bersuci lebih utama untuk dibenci. Oleh karena itu, tidaklah pantas untuk mengatakan bolehnya membaca al-Qur'an tanpa bersuci secara mutlak, sebagaimana yang dilakukan oleh saudara-saudara kita dari ahli hadits." (Ash-Shahihah 2/489).

6. Membaca ta'awudz dan basmalah

Termasuk sunnah ialah membaca أَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّحِيمِ )Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk") sebelum membaca al-Qur'an. Allah berfirman:
فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّحِيمِ
Apabila kamu membaca al-Qur'an hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk. (QS. an- Nahl [16]: 98)

Syaikh Ibnu Utsaimin berkata: "Faedah ta'awudz yaitu agar setan menjauh dari hati orang yang akan membaca al-Qur'an, dengan demikian orang tersebut akan dapat memahami, memperhatikan ayat-ayat-Nya dan mengambil manfaat darinya, karena sudah tentu berbeda antara orang yang membaca al-Qur'an dengan meng- hadirkan hati dengan orang yang membaca al-Qur'an sedang hati- nya lalai! (Asy-Syarh al-Mumthi’ 3/371).

Adapun بسم الله الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ dibaca pada setiap awal surat kecuali Surat at-Taubah berdasarkan hadits:
عَنْ أَنَسٍ ، قَالَ: رَسُولُ اللهِ ﷺ ذَاتَ يَوْمٍ بَيْنَ أَظْهُرِنَا إِذْ أَغْفَى إِغْفَاءَةً ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ مُتَبَسِّمًا فَقُلْنَا مَا أَضْحَكَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: أُنْزِلَتْ عَلَيَّ آئِفًا سُوْرَةً فَقَرَأَ وَ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ ، فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ ، إِنَّ شَاتَئِكَ هُوَ الْأَبْر
. Dari Anas berkata: "Suatu ketika Rasulullah berada di tengah-tengah kami, tiba-tiba beliau tertidur sejenak kemudian beliau mengangkat kepalanya dan tersenyum. Para sahabat pun bertanya: 'Apa yang membuatmu tersenyum wahai Rasulullah?" Rasulullah menjawab: 'Telah turun sebuah surat kepadaku. Kemudian beliau membaca (yang artinya): 'Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu, dan berkurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang memben- cimu dialah yang terputus." (HR. Muslim No. 400).

7. Tartil ketika membaca al-Qur'an

Berdasarkan firman Allah:
أوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا )
Dan bacalah al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan. (QS. al-Mu- zammil [73]: 4)

Imam Ibnu Katsir حلة berkata: "Bacalah perlahan-lahan, karena hal itu dapat membantu dalam memahami al-Qur'an dan menghayatinya." (Tafsir al-Qur'an al-Azhim 4/392).

Ibnu Abbas berkata: "Membaca satu surat dengan tartil lebih aku sukai daripada membaca al-Qur'an seluruhnya dengan cepat." (At-Tibyan hlm. 70).

8. Memperbagus bacaan dan suara

Berdasarkan hadits:
عَنِ البَرَّاءِ الله قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ ﷺ يَقْرَأُ ﴿ وَالنَّيْنِ وَالزَّيْتُونِ﴾ فِي الْعِشَاءِ وَمَا سَمِعْتُ أَحَدًا أَحْسَنَ صَوْتًا مِنْهُ أَوْ قِرَاءَةٌ
Dari Bara' bin Azib dia berkata: "Aku mendengar Rasul- ullah membaca (yang artinya) 'Demi buah tin dan buah za- itun' pada shalat isya dan tidaklah aku mendengar bacaan atau suara yang lebih bagus daripada beliau." (HR. Bukhari No. 7527).

Juga berdasarkan hadits:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَتَغَنَّ بِالْقُرْآنِ
Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah bersabda: "Bukan dari golongan kami orang yang tidak melagukan al- Qur'an." (HR. Bukhari No. 769).

Imam Nawawi menukil perkataan jumhur (mayoritas) ulama bahwa maksud لمْ يَتَغْنَّ adalah yang tidak membaguskan suaranya ketika membaca al-Qur'an.

Perlu diperhatikan bahwa memperbagus bacaan dan suara ketika membaca al-Qur'an bukan berarti mengalunkannya seperti lagu! Simaklah perkataan Syaikhul Islam berikut ini: "Membaca al-Qur'an dengan mengalunkannya seperti lagu adalah makruh, perbuatan yang diada-adakan, sebagaimana ditegaskan oleh Imam Malik, Syafi'i, Ahmad, dan lain-lain." Berkata Imam ath-Thurthusi "Termasuk bid'ah yang diada-adakan dalam Kitabullah yaitu melantunkan bacaan seperti lagu, di antara lagu-lagu tersebut antara lain: Bayathi, Hijaz, Nabathi, Rumi, dan lain-lain." (Kitab Hawadits wa Bida’ hlm. 86).

9. Menangis ketika membaca atau mendengarkan al-Qur'an

Menangis ketika membaca al-Qur'an atau ketika mendengarkannya merupakan sifat orang mukmin yang sebenarnya. Imam Nawawi pernah berkata: "Menangis ketika membaca al-Qur'an merupa- kan sifat orang yang berpengetahuan dan syi'ar hamba-hamba-Nya yang shalih." Allah berfirman:
وَيَخِرُونَ لِلْأَذْقَانِ يَبْكُونَ وَيَزِيدُهُمْ خُشُوعًا )
Dan mereka menyungkur di atas muka mereka sambil menangis, dan mereka pun bertambah khusyu'. (QS. al-Izra' [17]: 109)

Allah juga berfirman:
أُولَئِكَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ مِنْ ذُرِّيَّةِ آدَمَ وَمِمَّنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ وَمِنْ ذُرِّيَّةِ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْرَائِيلَ وَمِمَّنْ هَدَيْنَا وَاجْتَبَيْنَا إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُ الرَّحْمَنِ خَرُوا سُجَّدًا وَبَكِيَّا
Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat olch Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang- orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyung- kur dengan bersujud dan menangis. (QS. Maryam [19]: 58)
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ ، قَالَ: قَالَ لِي النَّبِيُّ ﷺ: اِقْرَأْ عَلَيَّ قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَقْرَأُ عَلَيْكَ وَعَلَيْكَ أُنْزِلَ؟ قَالَ: نَعَمْ، فَقَرَأْتُ سُوْرَةَ النِّسَاءِ حَتَّى أَتَيْتُ عَلَى هَذِهِ الْآيَةِ ﴿ فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هُؤُلَاءِ شَهِيدًا ﴾ قَالَ: حَسْبُكَ الْآنَ، فَالْتَفَتُ إِلَيْهِ فَإِذَا عَيْنَاهُ تَذْرِفَانِ
Rasulullah berkata kepadaku: "Bacakanlah al-Qur'an un- tukku!" Aku bertanya: "Wahai Rasulullah, bagaimana aku membacakannya padahal al-Qur'an itu diturunkan kepadamu." Rasulullah menjawab: "Benar!" Maka aku pun membaca Surat an-Nisa' hingga sampai pada ayat (artinya): "Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti) apabila Kami men- datangkan seorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu." (QS. an-Nisa': 41). Rasulullah pun berkata: "Cukup!" Dan aku melihat kedua mata beliau menangis. (HR. Bukhari No. 5050).

10. Mengeraskan suara

Mengeraskan suara ketika membaca al-Qur'an lebih utama daripada melirihkannya, asalkan aman dari riya' dan tidak mengganggu orang yang ada di sekitarnya. Hal ini sebagaimana diterangkan dalam sebuah riwayat:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ اعْتَكَفَ فِي الْمَسْجِدِ فَسَمِعَهُمْ يَجْهَرُوْنَ بِالْقِرَاءَةِ، فَكَشَفَ السَّتْرَ وَقَالَ: أَلَا إِنَّ كُلَّكُمْ مُنَاجٍ رَبَّهُ فَلَا يُؤْذِيَنَّ بَعْضُكُمْ بَعْضًا وَلَا يَرْفَعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَعْضٍ فِي الْقِرَاءَةِ أَوْ قَالَ فِي الصَّلَاةِ
Dari Abu Sa'id berkata: "Suatu ketika Rasulullah i'tikaf di dalam masjid, kemudian beliau mendengar para sahabatnya mengeraskan bacaan-bacaan mereka, maka Rasulullah pun berkata: 'Ketahuilah bahwa masing-masing kalian sedang bermunajat kepada Rabbnya! Maka janganlah sebagian kalian mengganggu sebagian yang lain, dan janganl janganlah kalian saling mengeraskan suara ketika membaca atau shalat." (HR. Abu Dawud No. 1332).

11. Menghentikan bacaan ketika mengantuk Berdasarkan hadits:
عَنْ عَائِشَةَ . أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ: إِذَا نَعِسَ أَحَدُكُمْ فِي الصَّلَاةِ، فَلْيَرْقُدْ حَتَّى يَذْهَبَ عَنْهُ النَّوْمُ فَإِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا صَلَّى وَهُوَ نَاعِسٌ لَعَلَّهُ يَذْهَبُ يَسْتَغْفِرُ فَيَسُبُّ نَفْسَهُ
Dari Aisyah bahwasanya Rasulullah bersabda: "Apabila salah seorang di antara kalian mengantuk ketika shalat, maka tidurlah terlebih dahulu hingga hilang kantuknya, karena apa- bila dia shalat dalam keadaan mengantuk mungkin dia mengi- ra meminta ampun tetapi malah mencela dirinya sendiri." (HR. Bukhari No. 212).

Imam Nawawi berkata: "Hadits ini berisi perintah kepada orang yang mengantuk untuk tidur terlebih dahulu hingga hilang kantuknya, hal ini umum baik pada shalat fardhu atau pun sunnah, di waktu malam atau siang selama tidak keluar waktunya (waktu shalat) dan inilah pendapat jumhur ulama." (Syarh Shahih Muslim 6/404).

12. Sujud ketika membaca ayat sajdah

Disunnahkan untuk sujud ketika membaca ayat-ayat sajdah, sujud ini biasa dikenal dengan sujud tilawah. Di dalam al-Qur'an terdapat lima belas tempat ayat sajadah, di antaranya:

• Dalam Surat al-A'raf ayat 206, Allah berfirman:
وَيُسَبِّحُونَهُ وَلَهُ يَسْجُدُونَ )
Dan mereka mentasbihkan-Nya dan hanya kepadaNyalah mereka bersujud. Surat ar-Ra'd ayat 15, firman-Nya:
وَلِلَّهِ يَسْجُدُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ )
Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi.

Kemudian hendaklah berdo'a ketika sujud tilawah dengan do'a yang diajarkan Nabi, di antaranya:
اللَّهُمَّ لَكَ سَجَدْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ وَلَكَ أَسْلَمْتُ، سَجَدَ وَجْهِي لِلَّذِي خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ تَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ
"Ya Allah, aku sujud kepada-Mu, beriman dan berserah diri hanya kepada-Mu, aku bersujud kepada Zat yang telah men ciptakan, memberikan pendengaran, dan penglihatan, Maha Suci Allah sebaik-baiknya pencipta." (HR. Muslim No. 771).

13. Meneruskan bacaan dan tidak memutusnya

Ketika membaca al-Qur'an janganlah diputuskan hanya karena urusan duniawi atau hendak berbicara dengan orang lain. Akan tetapi, hendaknya diteruskan hingga pada batas yang ditentukan. Yang demikian itu sebagai adab dan pengagungan terhadap al- Qur'an. Seorang tabi'in mulia yang bernama Nafi pernah mengisahkan bahwasanya Ibnu Umar apabila membaca al-Qur'an, beliau tidak berbicara kepada seorang pun hingga selesai dari bacaannya. (HR. Bukhari No. 4526).

14. Batas waktu mengkhatamkan al-Qur'an

Berkata Imam Nawawi: "Kaum salaf memiliki kebiasaan yang berbeda-beda dalam batas waktu mengkhatamkan al-Qur'an, sebagian mereka ada yang mengkhatamkannya dalam dua bulan, sebagian yang lain dalam sebulan, yang lainnya dalam sepuluh hari, yang lainnya lagi dalam tujuh hari dan inilah yang terbanyak, bahkan ada juga yang mengkhatamkannya dalam satu hari satu malam. Dalam masalah ini ada beberapa hadits yang menjelaskannya:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو ، قَالَ: قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: اقْرَأْ القُرْآنَ فِي شَهْرٍ قُلْتُ: إِنِّي أَجِدُ قُوَّةً حَتَّى قَالَ: فَاقْرَأْهُ فِي سَبْعِ وَلَا تَزِدْ عَلَى ذَلِكَ
Dari Abdullah bin Amr berkata: "Rasulullah berkata kepadaku: 'Bacalah al-Qur'an dalam sebulan! Aku berkata: 'Saya masih sanggup kurang dari itu, wahai Rasulullah!" Ra sulullah pun berkata: 'Kalau begitu, bacalah dalam waktu tujuh hari dan janganlah engkau minta kurang lagi!" (HR. Bukhari No. 5054).

Rasulullah juga bersabda:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ عَمْرٍو ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ: لَمْ يَفْقَهُ مَنْ قَرَأَ القُرْآنَ فِي أَقَلَّ مِنْ ثَلَاثٍ
Dari Abdullah bin Amr, bahwasanya Rasulullah bersabda: "Tidak akan paham orang yang membaca al-Qur'an kurang dari tiga hari." (HR. Tirmidzi No. 2946)

Syaikh al-Albani mengomentari hadits ini dengan perkataannya: "Adapun yang dilakukan oleh sebagian salaf yang mengkhatamkan al-Qur'an kurang dari tiga hari, tidaklah bertentangan dengan hadits yang mulia ini(!) karena bisa jadi hadits ini belum sampai pada mereka." (Ash-Shahihah 5/601).

Kesimpulannya, pengkhataman al-Qur'an disesuaikan dengan kondisi masing-masing orang, dengan syarat tidak boleh kurang dari tiga hari, karena orang yang mengkhatamkan al-Qur'an kurang dari tiga hari tidak akan dapat memahaminya dan mentadabburinya.

15. Ancaman bagi yang berpaling dari al-Qur'an

Telah datang sejumlah ayat yang berisi ancaman bagi orang yang berpaling dari al-Qur'an, di antaranya:
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ ذُكِّرَ بِآيَاتِ رَبِّهِ ثُمَّ أَعْرَضَ عَنْهَا ۚ إِنَّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ مُنْتَقِمُونَ )
Dan siapakah yang lebih zhalim daripada orang yang telah di- peringatkan dengan ayat-ayat Rabbnya, kemudian ia berpa- ling darinya, sesungguhnya Kami akan memberikan pemba- lasan kepada orang-orang yang berdosa. (QS. as-Sajdah [32]: 22) Juga Allah berfirman:
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى )
Dan barang siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka se- sungguhnya baginya penghidupan yang sempit dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. (QS. Thaha [20] 124)

Karena itu, kita memohon kepada Allah agar tidak termasuk orang-orang yang berpaling dari al-Qur'an, dan mengacuhkannya.
وَقَالَ الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَذَا الْقُرْآنَ مَهْجُورًا )
Berkatalah Rasul: "Ya Rabbku, sesungguhnya kaumku menja- dikan al-Qur'an ini suatu yang tidak diacuhkan." (QS. al-Furqan [25]: 30)

Akhirnya kita memohon kepada Allah agar diberi kekuatan da- lam mengamalkan al-Qur'an guna menggapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Amin. Wallahu A'lam.



Post a Comment for "Membaca Al-Qur'an Di Bulan Ramadhan"