Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

44 FAIDAH SEPUTAR DZULHIJJAH

44 FAIDAH SEPUTAR DZULHIJJAH

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Segala puji bagi Allah dan semoga shalawat beserta salam tercurahkan atas Rasulullah.

Berikut ini merupakan faidah dan ringkasan seputar ibadah-ibadah pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Saya memohon kepada Allah agar dijadikan sebagai buku yang bermanfaat.

Muhammad Shalih Al-Munajjid.

(1) Allah memberikan kelebihan kepada sebagian makhluk-Nya serta meninggikannya melebihi yang lain.

Allah memberikan keutamaan kepada sebagian hari dan bulan melebihi yang lainnya.

Allah menjadikan Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhijjah sebagai hari terbaik dunia.

Allah menjadikan Hari Qurban sebagai hari paling afdhal di antara sepuluh hari tersebut.

Allah menjadikan hari Jumat sebagai hari paling afdhal dalam satu pekan.

Dan malam yang paling afdhal adalah: Sepuluh Malam Terakhir Bulan Ramadhan. Kemudian Lailatul Qader adalah malam yang paling afdhal di antara sepuluh malam tersebut.

(2) Sepanjang perputaran masa, Allah memberikan berbagai karunia dan anugerah kepada hamba-hamba-Nya yang bertauhid.

Diantaranya: Pada Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhijjah; di mana sepuluh hari tersebut merupakan salah satu musim ibadah nan agung, dinanti oleh setiap orang beriman dan dirindukan oleh setiap hamba Allah yang bertauhid, untuk meninggikan derajat, menutup kesalahan, memperbaiki kekurangan dan mengganti yang telah lewat.

Maka mari kita bersungguh-sungguh dalam beribadah pada hari-hari tersebut dan mari kita meraih kasih sayang Allah.

(3) Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhijjah merupakan hari terbaik dunia secara mutlak.

Disebutkan dalam hadits:
مَا مِنْ أَيَّامٍ اَلْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيْهِنَّ أَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ الْعَشْرِ. فَقَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ, وَلَا الْجِهَادُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ؟ فَقَالَ: وَلَا الْجِهَادُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ, إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ.
“Tidak ada hari untuk beramal shalih yang dicintai oleh Allah melebihi Sepuluh Hari ini.”

Para Sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, tidak pula bisa dikalahkan oleh Jihad Fi Sablillah?”

Beliau menjawab: “Tidak pula bisa dikalahkan oleh Jihad Fi Sabilillah. Kecuali seseorang yang berjihad dengan jiwa dan hartanya lalu tidak kembali sedikitpun darinya.” Diriwayatkan oleh Al-Bukhari (969).

(4) Ibadah fardhu pada Sepuluh Hari ini lebih afdhal dari ibadah fardhu di selainnya.

Sehingga pahala ibadah fardhu di hari-hari tersebut dilipatgandakan lebih banyak dari pahala ibadah fardhu di selainnya.

Demikian pula ibadah-ibadah sunnah di sepuluh hari tersebut lebih afdhal dari ibadah-ibadah sunnah di selainnya.

Namun ibadah-ibadah sunnah di sepuluh hari tersebut tidak lebih afdhal dari ibadah-ibadah fardhu di selainnya.

(5) Shalat di Sepuluh Hari ini lebih afdhal dari shalat di selainya sepanjang tahun.

Demikian pula puasa, membaca Al-Qur’an, dzikir, doa, berbakti kepada orang tua, menyambung silaturrahim, membantu orang lain, menjenguk orang sakit, mengiringi jenazah, berbuat baik kepada tetangga, membagikan makanan dan seterusnya.

(6) Keutamaan ibadah pada Sepuluh Hari ini mencakup siang dan malamnya.

Hanya saja Sepuluh Malam Terakhir Bulan Ramadhan lebih afdhal dari Sepuluh Malam Pertama Bulan Dzulhijjah; karena adanya Lailatul Qader.

Kemudian siang hari Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhijjah lebih afdhal dari siang hari Sepuluh Hari Terakhir Bulan Ramadhan; karena adanya Hari Qurban, Hari Arafah dan Hari Tarwiyah.

(7) Pada Sepuluh Hari ini terkumpul beberapa ibadah mulia.

Dan ibadah-ibadah tersebut tidak terkumpul pada selainnya. Yaitu: Haji dan berqurban, ditambah shalat, puasa dan sedekah.

(8) Diantara keutamaan Sepuluh Hari ini: Allah bersumpah dengan malam-malamnya yang mulia.

Allah berfirman:
﴿ وَالْفَجْرِۙ ١ وَلَيَالٍ عَشْرٍۙ ٢ ﴾
Demi waktu fajar, demi malam yang sepuluh. (QS. Al-Fajer: 1-2).

Sepuluh Malam yang dimaksud adalah: Sepuluh Awal Dzulhijjah, berdasarkan penjelasan mayoritas ulama tafsir dari kalangan Salaf dan lainnya.

(9) Diantara keutamaan Sepuluh Hari ini: Ia merupakan Hari-Hari Yang Telah Ditentukan lagi Diberkahi, yang disyari’atkan oleh untuk berdzikir kepada-Nya atas rezeki yang diberikan-Nya berupa hewan-hewan ternak.

Sebagaimana firman Allah:
﴿ لِّيَشْهَدُوْا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللّٰهِ فِيْٓ اَيَّامٍ مَّعْلُوْمٰتٍ عَلٰى مَا رَزَقَهُمْ مِّنْۢ بَهِيْمَةِ الْاَنْعَامِۚ ﴾
(Mereka berdatangan) supaya menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka dan menyebut nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan atas rezeki yang telah dianugerahkan-Nya kepada mereka berupa binatang ternak. (QS. Al-Haj: 28).

Beberapa hari yang ditentukan tersebut adalah Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhijjah, berdasarkan pendapat mayoritas ulama dan mayoritas ahli tafsir.

(10) Sepuluh Hari ini merupakan penutup Bulan-bulan Haji yang telah dimaklumi.

Yaitu yang disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya:
﴿ اَلْحَجُّ اَشْهُرٌ مَّعْلُوْمٰتٌ ۚ ﴾
(Musim) haji itu (berlangsung pada) bulan-bulan yang telah dimaklumi. (QS. Al-Baqarah: 197).

Bulan-bulan tersebut adalah: Syawal, Dzulqa’dah dan 10 awal Dzulhijjah, sebagaimana diriwayatkan dari banyak Sahabat, seperti Umar dan putra beliau Abdullah, Ali, Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas, Ibnu Zubair dan lainnya radhiyallahu ‘anhum. Dan merupakan pendapat mayoritas Tabi’in.

(11) Keutamaan Sepuluh Hari ini yang lainnya adalah: terdapat Hari Arafah padanya.

Hari di mana Allah menyempurnakan Islam dan menyempurnakan nikmat-Nya atas kaum muslimin.

Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
﴿ اَلْيَوْمَ اَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَاَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ الْاِسْلَامَ دِيْنًاۗ ﴾
Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu. (QS. Al-Ma’idah: 3).

(12) Keutamaan Sepuluh Hari ini yang lainnya adalah: terdapat Hari Qurban (Idul Adha) padanya.

Disebut pula Hari Haji Akbar, yang merupakan hari paling agung di sisi Allah Ta’ala.

Sebagaimana disebutkan dalam hadits:
إِنَّ أَعْظَمَ الْأَيَّامِ عِنْدَ اللهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: يَوْمُ النَّحْرِ ثُمَّ يَوْمُ الْقَرِّ.
“Sesungguhnya hari paling agung di sisi Allah Tabaraka Wa Ta’ala adalah: Hari Qurban, kemudian Hari Qar.” Diriwayatkan oleh Abu Daud (1765).

Hari Qar adalah hari setelah Hari Qurban. Dinamakan demikian karena jamaah haji menetap di Mina pada hari tersebut, setelah mereka selesai melakukan Thawaf Ifadhah dan menyembelih. Lalu mereka istirahat.

(13) Amal shalih yang dilakukan di Sepuluh Hari ini lebih afdhal dari selainnya.

Disebabkan oleh keutamaan waktu bagi seluruh kaum muslimin. Dan disebabkan oleh keutamaan waktu sekaligus tempat bagi para jamaah haji.

(14) Para Salafus Shalih rahimahumullah sangat bersemangat dan bersungguh-sungguh di Sepuluh Hari ini untuk melakukan berbagai jenis ibadah dan mereka sangat mengagungkannya.

Sa’id bin Jubair rahimahullah, jika telah tiba Sepuluh Hari ini, dia beribadah dengan sangat luar biasa, sampai hampir dia tidak kuat!

Dia memotivasi kaum muslimin untuk beribadah pada malam-malamnya pula.

Dia berkata: “Jangan kalian mematikan lampu kalian pada sepuluh malam ini.”

Abu Utsman An-Nahdi rahimahullah berkata: “Mereka (Salaf) mengagungkan tiga hal yang berjumlah sepuluh: Sepuluh Malam Terakhir Ramadhan, Sepuluh Hari Pertama Dzulhijjah dan Sepuluh Hari Pertama Muharram.”

(15) Hendaklah setiap muslim bersegera memanfaatkan Sepuluh Hari ini (demikian pula malamnya) untuk beribadah, beramal shalih dan mengisi waktu dengan berbagai ketaatan.

Aneh jika kita memiliki semangat dan kesungguhan untuk beribadah di Bulan Ramadhan, lalu kita merasa malas dan lemah di Sepuluh Hari ini. Padahal sepuluh hari ini lebih afdhal dari hari-hari Ramadhan. Ibadah yang dilakukan padanya lebih afdhal dan dicintai oleh Allah Ta’ala.

(16) Jangan sampai menyia-nyiakan waktu di Sepuluh Hari ini dengan tidur, menggosip, nonton dan sibuk dengan medsos!

Sesungguhnya musim ini adalah kesempatan emas yang tidak tergantikan.

(17) Ibadah yang paling afdhal di Sepuluh Hari ini adalah: Haji Mabrur.

Disebutkan dalam hadits:
اَلْحَجُّ الْمَبْرُوْرُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ
Haji Mabrur tidak ada balasannya selain Surga.” Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim.

Khususnya haji fardhu.
Maka hendaknya orang yang melakukan ibadah haji: menunaikannya dengan sempurna. Dengan cara menunaikan yang wajib dan menjauhi yang haram. Ditambah dengan berbuat baik kepada orang lain, dengan cara menebarkan salam dan membagikan makanan.

Ditambah pula dengan banyak berdzikir, mengeraskan suara dengan talbiyah dan menyembelih hadyu.

(18) Pada Sepuluh Hari ini disunnahkan untuk memperbanyak dzikir.

Di setiap waktu dan di setiap kondisi: berdiri, duduk, berbaring, berkendara dan berjalan kaki.

(19) Memperbanyak Tahlil, Takbir dan Tahmid.

Rasulullah ﷺ bersabda:
فَأَكْثِرُوْا فِيْهِنَّ مِنَ التَّهْلِيْلِ وَالتَّكْبِيْرِ وَالتَّحْمِيْدِ
“Perbanyaklah di hari-hari tersebut Tahlil, Takbir dan Tahmid.” Diriwayatkan oleh Imam Ahmad (5446).

Dan Allah Ta’ala berfirman tentang jamaah haji:
﴿ لِّيَشْهَدُوْا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللّٰهِ فِيْٓ اَيَّامٍ مَّعْلُوْمٰتٍ عَلٰى مَا رَزَقَهُمْ مِّنْۢ بَهِيْمَةِ الْاَنْعَامِۚ ﴾
(Mereka berdatangan) supaya menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka dan menyebut nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan atas rezeki yang telah dianugerahkan-Nya kepada mereka berupa binatang ternak. (QS. Al-Haj: 28).

(20) Takbir ditambah dengan Tasbih, Tahmid dan Tahlil; merupakan Baqiyat Shalihat, Tanaman Surga dan Ucapan Yang Paling Dicintai Allah.

Serta lebih dicintai oleh Nabi kita ﷺ dari dunia ini; maka hendaklah berdzikir dengan mengeraskan suara di hari-hari ini, dalam keadaan berdiri, duduk, berkendara dan berjalan. Di rumah, jalan, masjid, pasar dan tempat kerja.

(21) Hendaknya orang-orang yang diteladani dan seluruh kaum muslimin secara umum menampakkan takbir di tempat-tempat kumpul, tempat-tempat ramai dan rumah-rumah.

Tidak mengapa diumumkan dengan berbagai media, disebarkan di berbagai tempat yang berbeda.

(22) Diriwayatkan bahwa Ibnu Umar dan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhuma keluar ke pasar pada Sepuluh Hari ini dan bertakbir, lalu orang-orang mengikuti mereka.

Maimun bin Mihran rahimahullah berkata: “Aku mendapati orang-orang bertakbir di pasar pada Sepuluh Hari Dzulhijjah. Sampai aku menyerupakannya dengan deburan ombak saking ramainya.”

(23) Bersama Takbir di Hari-hari ini, kita merenungkan kabar gembira akan dekatnya pertolongan Allah.

Sesungguhnya dengan takbir Khaibar ditaklukkan, demikian pula lainnya, dan musuh-musuh akan ditundukkan dengan idzin Allah.

(24) Takbir ada dua macam: Mutlak dan Muqayyad.

Takbir Mutlak: Dilakukan di seluruh waktu di Sepuluh Hari ini. Berakhir bersamaan dengan berakhirnya Hari Tasyriq.

Dilakukan di seluruh waktu, kondisi dan tempat. Di setiap tempat yang diperbolehkan untuk berdzikir.

Dilakukan dengan suara yang nyaring.
Allah Ta’ala berfirman:
﴿ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللّٰهِ فِيْٓ اَيَّامٍ مَّعْلُوْمٰتٍ عَلٰى مَا رَزَقَهُمْ مِّنْۢ بَهِيْمَةِ الْاَنْعَامِۚ ﴾
Dan supaya mereka menyebut nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan atas rezeki yang telah dianugerahkan-Nya kepada mereka berupa binatang ternak. (QS. Al-Haj: 28).

(25) Takbir Muqayyad dilakukan setelah shalat-shalat fardhu.

Dimulai setelah subuh pada Hari Arafah untuk selain jamaah haji. Adapun jamaah haji memulai dari zhuhur Hari Qurban.
Kemudian berakhir setelah Ashar hari ketiga Hari Tasyriq.

(26) Sandaran dalam menentukan waktu takbir mutlak dan muqayyad adalah riwayat-riwayat dari para Sahabat Rasulullah ﷺ dan Salaf.

Diantara redaksi takbir yang paling populer dalam riwayat yang ada adalah:
اَللهُ أَكْبَرُ, َاَللهُ أَكْبَرُ, َاَللهُ أَكْبَرُ, لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ.
Namun seseorang bisa takbir dengan selainnya.

(27) Mustahab melakukan puasa pada sembilan hari awal Dzulhijjah atau sebisanya.

Puasa di hari-hari tersebut disebutkan di sebagian hadits dan diriwayatkan dari Salaf.

Puasa menghapus dosa dan tameng yang melindungi dari api neraka dan dosa kesalahan.

Dan disebutkan dalam hadits:
مَنْ صَامَ يَوْمًا فِيْ سَبِيْلِ اللهِ؛ بَاعَدَ اللهُ وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ سَبْعِيْنَ خَرِيْفًا
“Barangsiapa yang puasa satu hari di jalan Allah; maka Allah jauhkan wajahnya dari Neraka sejauh jarak tujuh puluh tahun.” Diriwayatkan oleh Al-Bukhari (2840) dan Muslim (1153).

(28) Puasa Arafah untuk selain jamaah haji adalah Sunnah Nabi ﷺ dan keuntungan besar.

Sebab Puasa Arafah menghapus dosa dua tahun, sebagaimana dalam hadits:
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِيْ قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِيْ بَعْدَهُ
“Puasa Hari Arafah aku harapkan dari Allah menghapus dosa setahun sebelumnya dan setahun sesudahnya.” Diriwayatkan oleh Muslim (1162).

(29) Paling utama dan sempurna dalam melakukan puasa sunnah tertentu – diantaranya Puasa Arafah – adalah dengan berniat sejak malam hari; agar pahalanya sempurna dan tidak kurang.

(30) Hendaknya memperhatikan keluarga dan anak-anak dengan cara mengajak dan memotivasi mereka untuk ikut melakukan Puasa Arafah.

Sa’id bin Jubair rahimahullah berkata: “Bangunkanlah pelayan-pelayan kalian untuk makan sahur dan melakukan Puasa Arafah.”

(31) Bersemangatlah untuk mengusahakan dosa-dosa Anda ikut tenggelam bersama terbenamnya matahari di penghujung Hari Arafah.

(32) Diantara niaga yang menghasilkan keuntungan besar di Sepuluh Hari ini adalah: Mengkhatamkan Al-Qur’an.

Terutama jika diiringi tadabbur dan usaha untuk memahaminya.

Sesungguhnya Allah memberi pahala pada setiap hurufnya sampai sepuluh kali lipatnya.

Dan pelipatgandaan pahala di Sepuluh Hari ini lebih kuat dari hari-hari lainnya.

(33) Shalat yang paling afdhal setelah shalat fardhu adalah Shalat Malam.

Semangat seorang muslim tidak terbatas pada malam-malam Ramadhan, namun hendaknya dia semangat pula untuk qiyam di Sepuluh Hari ini.

(34) Hendaklah engkau ikut andil di hari-hari ini untuk masuk di kalangan orang-orang yang Allah sanjung dalam firman-Nya:

﴿ وَالْمُسْتَغْفِرِيْنَ بِالْاَسْحَارِ ١٧ ﴾
Orang-orang yang memohon ampunan pada akhir malam. (QS. Ali Imran: 17).

Dan juga firman-Nya:
﴿ كَانُوْا قَلِيْلًا مِّنَ الَّيْلِ مَا يَهْجَعُوْنَ ١٧ وَبِالْاَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُوْنَ ١٨ ﴾
Mereka sedikit sekali tidur pada waktu malam; dan pada akhir malam mereka memohon ampunan (kepada Allah). (QS. Adz-Dzariyat: 17-18).

Ia merupakan waktu turun Allah, waktu diterima istighfar, waktu dikabulkannya doa dan waktu diberikannya orang yang meminta; ya Allah jangan Engkau menghalangi kami dari karunia-Mu.

(35) Sedekah merupakan salah satu ibadah paling mulia. 

Sedekah merupakan bukti kejujuran imannya. Pelakunya akan dipayungi olehnya pada Hari Kiamat. Ia melindungi pelakunya dari keburukan, membuat dosa-dosanya terhapus, memadamkan murka Allah, sebab keberkahan harta, sebab bertambahnya rezeki dan sebab Allah memberikan ganti kepada pelakunya.

Dan sedekah di Sepuluh Hari ini lebih afdhal dari selainnya. 

(36) Diantara amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah: Membuat seorang muslim bahagia dan gembira.

Yaitu dengan menjalin hubungan dengannya, bersedekah atau menunaikan kebutuhannya.
Bagaimana jika semua itu dilakukan di Sepuluh Hari ini?

(37) Termasuk kebaikan yang bernilai ibadah adalah: Memperhatikan keluarga jamaah haji, berbuat baik kepada mereka dan merawat anak-anak mereka.

Disebutkan dalam hadits:
مَنْ جَهَّزَ حَاجًّا أَوْ خَلَفَهُ فِيْ أَهْلِهِ كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْءٌ
“(Barangsiapa) yang membantu persiapan orang yang berhaji atau menggantinya dalam mengurus keluarga yang ditinggalnya, maka dia mendapatkan pahala yang semisal dengannya tanpa mengurangi pahalanya sedikitpun.” Diriwayatan oleh Ibnu Khuzaimah (1930).

(38) Diantara ibadah agung di Sepuluh Hari ini adalah: Shalat Id kemudian mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala dengan berqurban.

Keduanya merupakan sunnah Nabi ﷺ.
Allah Ta’ala berfirman:
﴿ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ ٢ ﴾
Maka, laksanakanlah salat karena Tuhanmu dan berkurbanlah! (QS. Al-Kautsar: 2).

(39) Bagi orang yang hendak berqurban janganlah dia memotong rambut dan kukunya; sebagai bentuk ibadah kepada Allah.

Mulai dari terbenamnya matahari di hari terakhir Bulan Dzulqa’dah.

Disebutkan dalam hadits:
إِذَا رَأَيْتُمْ هِلَالَ ذِي الْحِجَّةِ وَأَرَادَ أَحَدُكُمْ أَنْ يُضَحِّيَ؛ فَلْيُمْسِكْ عَنْ شَعْرِهِ وَأَظْفَارِهِ
“Jika kalian melihat Hilal Dzulhijjah dan salah seorang diantara kalian hendak berqurban; maka janganlah dia memotong rambut dan kukunya.”

Dalam riwayat yang lain terdapat tambahan:
حَتَّى يُضَحِّيَ
“Sampai dia menyembelih hewan qurbannya.” Diriwayatkan oleh Muslim (1977).

(40) Barangsiapa yang mengetahui targetnya maka akan ringan baginya segala apa yang dikerahkan untuk meraihnya.

Sesungguhnya barang dagangan Allah sangat mahal. Sesungguhnya barang dagangan Allah adalah Surga.

Mari kita bergegas melakukan amal shalih. Mari kita bertaubat kepada Allah Ta’ala dengan Taubat Nasuha; yaitu meninggalkan dosa maksiat, berhenti melakukannya, menyesalinya dan bertekad untuk tidak mengulanginya lagi. Ditambah mengembalikan hak orang lain jika berkaitan dengan hak manusia.

Mari kita jadikan Sepuluh Hari ini sebagai awal baru bersama Allah:
﴿ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا تُوْبُوْٓا اِلَى اللّٰهِ تَوْبَةً نَّصُوْحًاۗ عَسٰى رَبُّكُمْ اَنْ يُّكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُۙ ﴾
Wahai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya. Mudah-mudahan Tuhanmu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. (QS. At-Tahrim: 8).

(41) Diantara tanda keilmuan seorang muslim adalah ketika dia mengumpulkan di Sepuluh Hari ini antara ibadah khusus bagi dirinya seperti dzikir dan shalat, dengan ibadah-ibadah yang memberikan manfaat bagi orang lain, sehingga manfaatnya lebih banyak dan pahalanya lebih besar.

(42) Beramal shalih di Sepuluh Hari ini dan menjauhi maksiat; mendidik seorang muslim untuk mengagungkan syi’ar Allah dan menjaga batasan-batasan-Nya.

Hari-hari ini merupakan sepuluh hari di Bulan Suci. Allah Ta’ala berfirman tentang Bulan-bulan Suci:
﴿ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ ﴾
Maka janganlah kamu menzalimi dirimu padanya. (QS. At-Taubah: 36).

Allah Ta’ala juga berfirman:
﴿ ذٰلِكَ وَمَنْ يُّعَظِّمْ شَعَاۤىِٕرَ اللّٰهِ فَاِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوْبِ ٣٢ ﴾
Demikianlah (perintah Allah). Siapa yang mengagungkan syiar-syiar Allah sesungguhnya hal itu termasuk dalam ketakwaan hati. (QS. Al-Haj: 32).

Dan Allah Ta’ala berfirman:
﴿ ذٰلِكَ وَمَنْ يُّعَظِّمْ حُرُمٰتِ اللّٰهِ فَهُوَ خَيْرٌ لَّهٗ عِنْدَ رَبِّهٖۗ وَاُحِلَّتْ لَكُمُ الْاَنْعَامُ اِلَّا مَا يُتْلٰى عَلَيْكُمْ فَاجْتَنِبُوا الرِّجْسَ مِنَ الْاَوْثَانِ وَاجْتَنِبُوْا قَوْلَ الزُّوْرِ ۙ ٣٠ ﴾
Demikianlah (petunjuk dan perintah Allah). Siapa yang mengagungkan apa yang terhormat di sisi Allah lebih baik baginya di sisi Rabbnya. (QS. Al-Haj: 30).

(43) Beramal shalih di Sepuluh Hari ini serta mengambil bekal ketataan dan kebaikan pada kesempatan yang tidak terulang dalam satu tahun ini; merupakan tarbiyah terbaik bagi jiwa untuk berbuat ketaatan kepada Allah dan menambah keimanan; agar bisa menjadi pemicu semangat melakukan amal shalih sepanjang tahun.

(44) Istri dan anak-anak kita adalah amanat di pundak kita.

Disebutkan dalam hadits:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَمَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Kalian semua adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya.” Diriwayatkan oleh Al-Bukhari (2409) dan Muslim (1829).

Maka mari kita berusaha keras untuk mendidik anak-anak kita untuk mengagungkan Sepuluh Hari ini, memotivasi mereka untuk melakukan ketaatan di dalamnya dan melatih mereka untuk itu. Dengan cara menjelaskan keutamaanya kepada mereka sebelum hari-hari itu tiba agar mereka bisa bersiap-siapa.

Dan hendaklah kita menjadi teladan bagi mereka dalam mengagungkannya.

Mari meraih keuntungan besar dan mari beramal shalih sebelum ajal menjemput.

نَسْأَلُ اللهَ أَنْ يُوَفِّقَنَا وَالْمُسْلِمِيْنَ إِلَى اغْتِنَامِ مَوَاسِمِ الْخَيْرِ وَأَنْ يُعِيْنَنَا عَلَى ذِكْرِهِ وَشُكْرِهِ وَحُسْنِ عِبَادَتِهِ. وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

Post a Comment for "44 FAIDAH SEPUTAR DZULHIJJAH"