Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Seseorang Hendaknya Berpergian Jauh Dalam Menuntut Ilmu (Adab Penuntut Ilmu Dalam Kehidupan Ilmiahnya)

Seseorang Hendaknya Berpergian Jauh Dalam Menuntut Ilmu (Adab Penuntut Ilmu Dalam Kehidupan Ilmiahnya)

الحمد لله والصلاة والسلام على وسول الله أما بعد
Kaum Muslimin dan Muslimat rahimakumullah, diantara adab-adab seorang penuntut ilmu dalam kehidupan ilmiahnya, yaitu bahwasanya seorang penuntut ilmu harus malakukan rihlah dalam rangka menuntut ilmu.

Jadi dia harus meninggalkan tempat tinggalnya, meninggalkan kampung halamannya, dalam rangka thalabul ‘ilm, dalam rangka menuntut ilmu. Sebagaimana perkataan, ada yang mengatakan bahwasanya:
من لم يكن رحلة لن يكون رحلة
"Barangsiapa yang tidak pernah melakukan rihlah untuk menuntut ilmu maka dia tidak akan pernah dituju orang untuk mendapatkan ilmu darinya", yaitu orang yang tidak pernah melakukan perjalanan dalam rangka menuntut ilmu, maka tidak mungkin akan ada orang yang menuju kepadanya dalam rangka menuntut ilmu. Dengan kata lain orang yang tidak pernah melakukan rihlah untuk mendapatkan ilmu, maka tidak mungkin dia akan menjadi orang yang berilmu.

Dan inilah yang dilakukan para ulama dari masa ke masa, mereka melakukan rihlah melakukan perjalanan dalam rangka menuntut ilmu. Bahkan kalau kita melihat dan membaca sejarah para ulama zaman dahulu, mereka sampai berjalan kaki, menempuh jalan yang jauh, bahkan sampai berbeda negri, dengan tujuan untuk menuntut ilmu. 

Bahkan ada yang menempuh perjalanan yang jauh dengan berjalan kaki untuk mendapatkan 1 hadis Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Itulah para ulama terdahulu yang seharusnya dicontoh oleh para penuntut ilmu zaman sekarang. Tidak cukup seorang penuntut ilmu hanya duduk di rumahnya, hanya membaca buku, namun seorang penuntut ilmu harus mendatangi guru, harus meninggalkan rumahnya untuk mencari guru yang mengajarinya. Imam Syafi’i beliau pernah bersya’ir :
ما في المَقامِ لِذي عَقلٍ وَذي أَدَبِ مِن راحَةٍ فَدَعِ الأَوطانَ وَاِغتَرِبِ
“Berdiam diri saja di tempat muqim bagi orang yang memilki adab dan memiliki akal itu bukanlah sebuah kenikmatan/bukanlah sebuah kenyamanan maka tinggalkan negrimu dan merantaulah”.

Kata beliau lagi :
سافِر تَجِد عِوَضاً عَمَّن تُفارِقُهُ
“Bersafarlah maka engkau akan mendapatkan pengganti orang-orang yang kamu tinggalkan”
وَاِنصَب فَإِنَّ لَذيذَ العَيشِ في النَصَبِ
“Dan bersungguh-sungguhlah karna sesungguhnya kelezatan hidup itu pada kesungguhan dan upaya yang keras”

Kemudian beliau mengatakan :
إِنّي رَأَيتُ وُقوفَ الماءِ يُفسِدُهُ
“Sungguha aku mendapati air yang diam itu akan menjadikan dia rusak akan mengotorinya”
إِن ساحَ طابَ وَإِن لَم يَجرِ لَم يَطِبِ
“Seandainya air itu mengalir pasti akan jernih namun seandainya air itu diam maka tidak akan jernih”

Maka demikianlah, hendaknya seorang penuntut ilmu, tinggalkan negerinya, tinggalkan kampung halamannya untu mencari guru untuk menuntut ilmu. Sebagaimana air ketika hanya diam saja maka akan kotor, namun ketika air itu mengalir akan menjadi jernih.

Maka seorang penuntut ilmu diantara adab yang harus dilakukan adalah meninggalkan kampungnya, dia rihlah untuk mencari guru dan menuntut ilmu dari guru tersebut. Kalau zaman sekarang dia tinggalkan rumah untuk mencari pesantren, untuk mencari lembaga-lembaga Islam kemudian dia menuntut ilmu di sana.

Ust Agus Eko Wahyono, S.Pd.I

Post a Comment for "Seseorang Hendaknya Berpergian Jauh Dalam Menuntut Ilmu (Adab Penuntut Ilmu Dalam Kehidupan Ilmiahnya)"