Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Bentuk Kalimat yang Menunjukkan Hukum Mubah (Ushul Fiqih #21)

Bentuk Kalimat yang Menunjukkan Hukum Mubah

Program Belajar Syariah
Ushul Fiqih #21
Bentuk Kalimat yang Menunjukkan Hukum Mubah
Ustadz Sirajul Yani, M.H.I

.
بسم الله الرحمن الرحيم الحمد لله والصلاه والسلام على رسول الله وعلى اله واصحابه ومن تبعهم باحسان الى يوم الدين وبعد
Pada kesempatan kali ini kita akan membahas tentang bentuk-bentuk kalimat yang menunjukkan Almubah atau boleh. 

Mubah memiliki makna lain
Seperti halal, boleh, dst semua itu sama maknanya artinya mubah (boleh) 

Adapun bentuk-bentuk kalimat yang menunjukkan hukum mubah atau redaksi kalimat yang menunjukkan hukum mubah. 

1. Adalah terdapat padanya kata Ahalla telah dihalalkan atau telah halal. 
Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala : 
Telah dihalalkankan bagimu pada malam hari puasa bercampur dengan istrimu. QS. Al Baqarah : 187. 

2. Lafadz lajunaha artinya bukanlah suatu dosa atau bukanlah dikatakan bedosa ini sebagai mana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala
Bukanlah suatu dosa bagi mu mencari karunia dari Tuhan mu" QS. al-baqarah : 198. 

3. Terdapat padanya lafaz laharoj (tidak ada halangan atau tidak mengapa). 
sebagaimana Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: 
Tidak ada halangan bagi orang yang buta, tidak pula bagi orang yang pincang, tidak pula bagi orang yang sakit, dan tidak pula bagi dirimu makan bersama-sama mereka di rumah kamu. QS. An Nur : 61. 

dan juga sebagaimana yang diceritakan oleh Abdullah bin amr ibn 'ash radhiyallahu anhu, ketika Nabi shallallahu Alaihi Wasallam sedang menyampaikan khutbah pada hari nahar datang seorang laki-laki berdiri dihadapan beliau, lalu berkata: 
"Aku mengira amal ini sebelum ini kemudian datang orang lain dan berkata : " Aku mengira amal ini sebelum ini yaitu aku mencukur rambut sebelum aku menyembelih hewan Qurban dan aku menyembelih hewan Qurban sebelum aku melempar jumrah dan hal serupa itu, maka Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam berkata : lakukanlah dan tidak dosa, tidak mengapa,kepada mereka semua, tidaklah beliau ditanya pada hari itu tentang sesuatu, melainkan beliau selalu menjawab lakukanlah dan tidak dosa hadits riwayat bukhari. 

4. Perbuatan Nabi Shallallahu alaihi wasallam yang tidak dimaksudkan untuk beribadah dan tidak ada korinah atau penjelasan yang menjelaskan bahwasanya perbuatan itu diperintahkan atau dilarang. 
Seperti tidurnya Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam di atas tikar sebagaimana hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari. 

5. Ketetapan nabi shallallahu Alaihi Wasallam pada salah satu dari sahabatnya atas suatu perbuatan atau Nabi shallallahu Alaihi Wasallam mengingkari perbuatan tersebut dan tidak ada perintah atau yang menunjukkan sunah atas perbuatan tersebut seperti ketetapan Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam kepada Hasan bin Tsabit radhiyallahu anhu dalam Menasyidkan syair syair dimasjid. 
Sebagaimana hadis riwayat Imam muslim. 

6. Diam syari'at atau tidak ada penjelasan dari syariat terhadap suatu perbuatan, tidak ada perintah tentangnya, dan tidak ada larangan tentangnya. 
Contohnya: 
Mengkonsumsi gula, tidur diatas kasur, dsg. 

Dan Al-Imam Ibnu Qayyim Rahimahullah menjelaskan kalimat² atau kata² yang semakna atau senada dengan mubah seperti lafadz halal, tidak ada dosa, tidak mengapa, diizinkan, dimaafkan tidak ada penjelasan tentang harom nya sesuatu dsg. 

Semoga bisa dipahami
وصل الله على نبينا محمد وآخر دعوانا عن الحمدلله رب العالمين

Soal Evauasi: sebutkan 3 bentuk kalimat yang menunjukkan hukum mubah, dengan ringkas!

NB:Dilarang mengubah audio dan isi materi atau memindahkannya tanpa mencantumkan sumber.

Post a Comment for "Bentuk Kalimat yang Menunjukkan Hukum Mubah (Ushul Fiqih #21)"