Tujuan Mulia Rumah Tangga: Menapak Jalan Surga Lewat Pernikahan
Tujuan Mulia Rumah Tangga: Menapak Jalan Surga Lewat Pernikahan
Pendahuluan: Pernikahan Lebih dari Sekadar Ikatan Dunia
Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern, tak sedikit pasangan yang memandang pernikahan hanya sebagai formalitas sosial atau pelampiasan perasaan cinta semata. Padahal, dalam Islam, pernikahan adalah ibadah agung, sebuah mitsaqan ghalīẓā (perjanjian yang kokoh), dan jalan panjang menuju surga bila dijalani dengan iman dan takwa.
Allah ﷻ berfirman:
﴿وَأَخَذْنَ مِنكُم مِّيثَـٰقًا غَلِيظًا﴾
“...Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil dari kalian perjanjian yang kuat (kokoh).”
(QS. An-Nisā’: 21)
Bukan sekadar tanda tangan di atas kertas, akad nikah adalah komitmen ruhani yang disaksikan oleh langit, melibatkan tanggung jawab besar antara dua jiwa yang berikrar untuk saling menuntun dalam kebaikan, menuju ridha dan surga Allah.
Rumah Tangga: Tempat Tumbuhnya Iman, Cinta, dan Amal
Rumah dalam Islam bukan sekadar tempat tinggal, tetapi madrasah kehidupan. Suami adalah imamnya, istri adalah penopangnya, dan anak-anak adalah amanah yang harus dibentuk dengan nilai-nilai Islam. Bila dijalani dengan niat karena Allah, maka setiap aktivitas di dalam rumah menjadi pahala: dari menyuapkan makanan, menyapu lantai, hingga senyuman lembut antar pasangan.
Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّكُمْ لَنْ تُنْفِقُوا نَفَقَةً تَبْتَغُونَ بِهَا وَجْهَ اللَّهِ إِلَّا أُجِرْتُمْ عَلَيْهَا، حَتَّى مَا تَجْعَلُونَ فِي فِي امْرَأَتِكُمْ
“Sesungguhnya kalian tidaklah menafkahkan sesuatu dengan niat mencari wajah Allah, melainkan kalian akan diberi pahala atasnya, bahkan termasuk apa yang kalian suapkan ke mulut istri kalian.”
(HR. al-Bukhārī, no. 56; Muslim, no. 1628)
Tujuan Pernikahan Bukan Hanya Bahagia, Tapi Berjihad
Menikah bukan berarti kita akan selalu merasa "bahagia". Terkadang, yang hadir adalah tanggung jawab, ujian, bahkan luka-luka kecil yang menguji kesabaran dan iman. Namun di situlah letak nilai pernikahan—bukan tentang perasaan sesaat, tapi tentang jihad bersama menuju surga.
“Rumah tangga adalah tempat di mana cinta diuji dengan kesabaran, dan sabar dipenuhi oleh keimanan.”
Maka dari itu, niatkan pernikahan untuk Allah. Bukan hanya untuk mendapatkan pasangan hidup, tapi untuk menyempurnakan separuh agama.
Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ تَزَوَّجَ فَقَدِ اسْتَكْمَلَ نِصْفَ الدِّينِ، فَلْيَتَّقِ اللَّهَ فِي النِّصْفِ الْبَاقِي
“Barang siapa menikah, maka sungguh ia telah menyempurnakan separuh agamanya. Maka bertakwalah kepada Allah pada separuh sisanya.”
(HR. al-Bayhaqī, no. 5063; dinilai hasan oleh al-Albānī)
Kesimpulan: Menikah dengan Tujuan Akhirat
Jika pernikahan diniatkan untuk kesenangan dunia semata, maka ketika kesenangan itu hilang, ikatan pun ikut retak. Tapi jika pernikahan diniatkan untuk menapak surga bersama, maka setiap ujian justru mendekatkan, bukan memisahkan.
Mulailah rumah tangga dengan iman.
Hiasi dengan adab dan akhlak mulia.
Arahkan setiap langkahnya menuju Allah.
“Bukan tentang siapa yang paling benar, tapi siapa yang paling ingin memperbaiki. Bukan tentang siapa yang paling kuat, tapi siapa yang paling taat.”
Semoga setiap rumah menjadi jannah kecil di dunia, dan pengantar ke Jannah yang abadi di akhirat.
Dr. Sirajul Yani, S.Pd.I, B.Sh, M.H.I
Founder Ilmu Center Academy dan Web: asy-syariah.com
Dapatkan Program Belajar Online dan Ebook Berkualitas di: ilmucenteracademy.com
Posting Komentar untuk "Tujuan Mulia Rumah Tangga: Menapak Jalan Surga Lewat Pernikahan"
Posting Komentar
Santun dalam berkomentar, cermin pribadi anda