Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pakaian yang tidak layak ketika sholat

Pakaian yang tidak layak ketika sholat

Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin al-Badr hafizhahullah ketika memasuki masjid beliau tidak memakai baju Bisth atau Misylah sebuah outer yang dipakai oleh orang arab ketika event tertentu, sering dipakai oleh para pembesar, bangsawan, ulama dan orang terpandang.

Beliau hafizhahullah sebelum sholat tidak memakai bisth dan ketika sholat tidak memakainya, hanya ketika mengajar saja di masjid an-Nabawi, dan tidak memakainya ketika perjalanan pulangnya.

Ketika mengikuti kajian beliau hafizhahullah ada petugas haji dari Indonesia yang memakai rompi dan ketika hendak sholat di hadapan beliau hafizhahullah, beliau memberikan isyarat kepada petugas tersebut untuk berpindah bukan dihadapannya, dan alhamdulillah petugas tersebut tanggap dan juga melepas rompi yang dipakainya.

Tahun ini ada bapak-bapak yang alhamdulillah bifadhlillah diberikan kemudahan untuk menjadi petugas pendamping haji dan memakai seragam dan rompi yang bertuliskan dibelakangnya
مكتب شؤون الحج الإندونيسيا
“Petugas Haji Indonesia”.
Dan dipakai ketika dimana saja ketika mereka berada dengan harapan bisa untuk memudahkan kaum muslimin Indonesia yang membutuhkan bantuan agar bisa segera dibantu ketika menemukan petugas haji Indonesia. Tapi ketika sholat memang harus meninggalkan terlebih dahulu kemudian setelah sholat monggo bisa dipakai lagi, berikut ini adalah penjelasannya:
إذا كانت ثياب الصلاة خالية من الصور أو الكلمات المحرمة ، ولكنها تشتمل على زخارف وأشكال أو عبارات أخرى ، فهذه حكمها أنها ينظر فيها : - إن كانت مما يلفت انتباه الناظر إليها ، ويغلب على الظن أنها ستشغل المصلين الذين يرونها في التأمل بما فيها : كُرهت الصلاة فيها ، لما ثبت من نهي النبي صلى الله عليه وسلم عما يشغل في الصلاة ، كما في حديث عائشة رضي الله عنها : ) أنَّ النَّبِي صلى الله عليه وسلم صَلَّى فِي خَمِيصَةٍ لَهَا أَعْلاَمٌ ، فَنَظَرَ إِلَى أَعْلاَمِهَا نَظْرَةً ، فَلَمَّا انْصَرَفَ قَالَ : اذْهَبُوا بِخَمِيصَتِي هَذِهِ إِلَى أَبِي جَهْمٍ ، وَائْتُونِى بِأَنْبِجَانِيَّةِ أَبِي جَهْمٍ ، فَإِنَّهَا أَلْهَتْنِي آنِفًا عَنْ صَلاَتِي ( والحديث رواه البخاري في " صحيحه " (373) وبوب عليه بقوله : باب إذا صلى في ثوب له أعلام ونظر إلى علمها . ورواه مسلم في " صحيحه " (556)، وبوب عليه الإمام النووي رحمه الله بقوله : باب كراهة الصلاة في ثوب له أعلام .
Kalau sekiranya menjadi perhatian orang yang melihatnya, dan kemungkinan besar akan mengganggu orang shalat dengan memperhatikan apa yang ada di dalamnya, maka dimakruhkan shalat dengannya. Terdapat ketetapan larangan dari Nabi sallallahu’alaihi wa sallam dari sesuatu yang mengganggu dalam shalat. Sebagaimana dalam hadits Aisyah radhiallahu’anha,
أنَّ النَّبِي صلى الله عليه وسلم صَلَّى فِي خَمِيصَةٍ لَهَا أَعْلاَمٌ ، فَنَظَرَ إِلَى أَعْلاَمِهَا نَظْرَةً ، فَلَمَّا انْصَرَفَ قَالَ : اذْهَبُوا بِخَمِيصَتِي هَذِهِ إِلَى أَبِي جَهْمٍ ، وَائْتُونِى بِأَنْبِجَانِيَّةِ أَبِي جَهْمٍ ، فَإِنَّهَا أَلْهَتْنِي آنِفًا عَنْ صَلاَتِي
“Sesungguhnya Nabi sallallahu’alaihi wa sallam shalat di baju dari wol yang ada gambarnya. Kemudian beliau selintas melihat gambar. Ketika selesai shalat, beliau mengatakan, ‘Pergilah dengan membawa baju ini ke Abu Jahm, dan bawakan (penggantinya) untukku dengan Anbijaniyah (baju kasar tanpa ada gambar) kepunyaan Abu Jahm. Karena baju tersebut baru saja melalaikanku dari shalatku.” Hadits (tersebut) diriwayatkan oleh Al-Bukhari di shahihnya no. 373. Beliau rahimahullah memberi judul bab dengan perkataannya, ‘Bab shalat dengan baju yang ada gambar dan melihat ke gambarnya.' Diriwayatkan oleh Muslim dalam shahihnya, no. 556. Beliau memberi judul bab dengan mengatakan, ‘Bab makruhnya shalat di baju yang ada gambarnya.’
قال العلامة ابن دقيق العيد رحمه الله : " استنبط الفقهاء من هذا كراهة كل ما يشغل عن الصلاة من الأصباغ والنقوش والصنائع المستطرفة ، فإن الحكم يعم بعموم علته ، والعلة الاشتغال عن الصلاة " انتهى من " إحكام الأحكام " (ص/219)
Al-Allamah Ibnu Daiqiqul Id rahimahullah berkata, ‘Dengan hadits ini, para ahli fiqih mengambil hukum makruhnya segala sesuatu yang mengganggu shalat baik dari cat, gambar maupun buatan (hiasan) pinggiran. Karena hukum itu mencakup keumuman illat (sebabnya). Dan illat (sebabnya) adalah sesuatu yang mengganggu dari shalat.’ (Lihat Ihkamul Ahkam, hal. 219)
أما إذا كانت تلك الزخارف والكلمات – غير المحرمة – قدرُها يسير ، لا يلتفت إليها المصلي ، أو مما يعتاده الناس في ألبستهم بحيث لا يشغل بال الناظر إليها : فهذه لا كراهة في الصلاة بها ؛ لانتفاء علة الكراهة فيها .
Sementara kalau hiasan dan kata-kata –itu tidak diharamkan- dalam jumlah sedikit dan orang yang shalat tidak melihatnya atau yang menjadi kebiasaan orang dalam memakainya, dimana orang yang melihat tidak terganggu dengannya. Maka hal ini tidak dimakruhkan shalat dengannya. Karena ketiadaan illat (sebab) makruh di dalamnya.
وقال الشيخ ابن عثيمين رحمه الله : " إذ قُدّر أن الإمام لا ينشغل بذلك لكونه أعمى ، أو لكون هذا الأمر مرّ عليه كثيرا حتى صار لا يهتم به ولا يلتفت إليه ، فإننا لا نرى بأسا أن يصلي عليها " انتهى من " مجموع فتاوى الشيخ ابن عثيمين " (12/362) . والخلاصة أن القميص المسؤول عنه إن كان يشتمل على كتابة ليست محرمة ، ولكنها ملفتة ، تشغل بال المصلين الناظرين إليها : كرهت الصلاة فيه حينئذ ، وإلا لم تكره .
Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata, ‘Jika imam tidak terganggu dengan hal itu karena dia buta, atau karena masalah ini seringkali terjadi sehingga (menjadi terbiasa) tidak memperhatikan dan tidak melihat ke arahnya. Maka pendapat kami, tidak mengapa shalat dengan hal itu.’ (Majmu’ Fatawa Syekh Ibnu Utsaimin, 12/362).

Zaki Rakhmawan Abu Usaid

Post a Comment for "Pakaian yang tidak layak ketika sholat"