Sikap Mukmin Menghadapi Musibah (Gempa, Banjir, Longsor)
Sikap Mukmin Menghadapi Musibah (Gempa, Banjir, Longsor)
الحمد لله ربِّ العالمين، والصلاة والسلام على سيدنا محمدٍ رسول الله، أما بعد:
Musibah yang menimpa negeri kita tercinta, dari gempa, banjir, tanah longsor, tsunami adalah peristiwa yang mengguncang jiwa dan menguji keimanan. Di saat rakyat Indonesia banyak yang tertimpa musibah akhir-akhir ini, kita perlu berhenti sejenak, memahami hikmah, dan mengambil sikap yang benar: spiritual, sosial, dan praktis.
1. Segala yang terjadi berada dalam ilmu dan ketetapan Allah
وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ... وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ
Di sisi-Nya kunci-kunci perkara ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia. Dia mengetahui apa yang di darat dan di laut; tidaklah sehelai daun pun gugur kecuali Dia mengetahuinya, dan tidak ada biji dalam kegelapan bumi, baik yang basah maupun yang kering, melainkan semuanya tercatat dalam Kitab yang terang. — (QS. Al-An‘âm: 59).
Ayat ini mengingatkan: alam dan seluruh kejadian berada di bawah ilmu dan kehendak Allah. Bencana bukanlah kebetulan semata; ia bagian dari sunnatullah dan ketetapan Ilahi.
2. Orang yang meninggal karena bencana ini, akan diberi kedudukan mulia
Nabi ﷺ menjelaskan jenis-jenis syuhada:
«الشهداء خمسة: المطعون، والمبطون، والغريق، وصاحب الهدم، والشهيد في سبيل الله»
“Syuhada ada lima: yang diracun, yang mati karena penyakit perut, yang tenggelam, yang tertimpa runtuhan, dan syahid di jalan Allah.” — (HR. Bukhari & Muslim).
Artinya: korban yang meninggal akibat banjir, tenggelam, tertimpa bangunan runtuh karena gempa, termasuk orang-orang yang diberi derajat tinggi di sisi Allah. Ini memberi penghiburan sekaligus kewajiban bagi kita untuk mendoakan dan menolong yang selamat.
3. Musibah dapat menjadi sebab kembali kepada Allah (taubat dan perbaikan diri)
Allah berfirman bahwa Dia menguji hamba-Nya agar mereka bersabar dan bertakwa:
لَتُبْلَوُنَّ فِي أَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ... وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ
“Kalian pasti akan diuji pada harta dan diri kalian… jika kalian bersabar dan bertakwa, maka yang demikian itu termasuk perkara yang besar.” — (QS. Ali Imran: 186).
Selain itu Allah menegaskan bahwa musibah sering kali bermaksud memanggil hamba untuk kembali (muhasaabah) dan beristighfar:
فَلَوْلَا إِذْ جَاءَهُمْ بَأْسُنَا تَضَرَّعُوا...
“Mengapa ketika datang azab Kami mereka tidak merendahkan diri?” — (QS. Al-An‘am: 43).
Maka sikap yang bijak ialah: introspeksi, tobat, dan perbaikan personal serta kolektif.
4. Banyaknya gempa dan tanda-tanda akhir zaman
Rasulullah ﷺ memberi kabar tentang tanda-tanda akhir zaman; salah satunya bertambahnya gempa dan fitnah:
«ولا تقوم الساعة حتى يُقبَض العلم، وتكثر الزلازل، ويتقارب الزمان، وتظهر الفتن... »
“Tidak akan datang hari Kiamat hingga hilangnya ilmu, banyaknya gempa, mendekatnya masa, dan munculnya banyak fitnah…” — (HR. al-Bukhari).
Selain gempa fisik, ada juga “gempa” moral: penyebaran kemaksiatan, penggerusan nilai, dan perpecahan—yang sesungguhnya lebih menakutkan karena mengguncang fondasi iman.
5. Gempa mengingatkan pada kegentaran pada hari Kiamat
Al-Qur’an menggambarkan kedahsyatan hari Kiamat lewat gambaran gempa yang dahsyat:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ إِنَّ زَلْزَلَةَ السَّاعَةِ شَيْءٌ عَظِيمٌ...
“Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu, sesungguhnya gempa pada hari Kiamat adalah peristiwa yang amat besar…” — (QS. Al-Hajj: 1–2).
Renungan ini menempatkan musibah dunia sebagai pengingat akan akhirat sehingga menggerakkan hati untuk kembali kepada Rabb.
6. Sikap praktis dan spiritual yang harus kita ambil sekarang
a. Doa, tawassul, dan permohonan kepada Allah
Berdoalah dengan khusyuk untuk keselamatan dan penanggulangan musibah; doa adalah kekuatan batin umat:
أَمَّنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ...
“Siapakah yang mengabulkan orang yang ditimpa kesusahan apabila ia berdoa kepada-Nya?” — (QS. An-Naml: 62).
b. Introspeksi dan taubat kolektif
Perbanyak istighfar, tinggalkan maksiat yang nyata, dan perbaiki diri—kerena banyak ayat menyatakan bahwa musibah terjadi akibat perbuatan manusia:
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ...
“Apa pun musibah yang menimpa kalian, itu karena perbuatan tanganmu…” — (QS. As-Shura: 30).
c. Bersyukur bila selamat dan menolong yang tertimpa
Yang selamat hendaknya bersyukur dan segera membantu korban: sedekah, suplai logistik, pengungsian, perawatan medis—sebagaimana Al-Qur’an memerintahkan berinfak di jalan Allah. (QS. Muhammad: 38).
d. Ambil langkah keselamatan yang rasional (tawakkal bukan pasrah)
Tawakkal bukan berarti meninggalkan sebab; ikuti arahan mitigasi bencana (evakuasi, jalur aman), serta gunakan ilmu pengetahuan dan peralatan untuk menyelamatkan nyawa.
e. Ikut serta dalam upaya kemanusiaan terkoordinasi
Berkoordinasilah melalui posko resmi, lembaga kemanusiaan yang terpercaya, dan pemerintah daerah agar bantuan efektif dan tidak menghambat operasi penyelamatan.
7. Perbaikan jangka panjang: moral, sosial, dan infrastruktur
Musibah mengantar kita pada dua tuntutan berkelanjutan:
1. Rehabilitasi hati dan masyarakat: perkuat pendidikan agama, tegakkan nilai akhlak, perangi kemaksiatan yang melemahkan masyarakat.
2. Resiliensi fisik: bangun infrastruktur tahan bencana, edukasi mitigasi, dan tata wilayah yang mengurangi risiko bencana.
Keduanya saling terkait: masyarakat yang bersih dari korupsi, kefasikan, dan perpecahan lebih efektif mengelola penanggulangan bencana.
8. Solidaritas ummat: kita adalah satu tubuh
Allah berfirman bahwa orang-orang mukmin adalah saudara:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ
“Sesungguhnya orang-orang beriman itu adalah bersaudara.” — (QS. Al-Hujurat: 10).
Rasulullah ﷺ bersabda:
«المُسْلِمُ أخُو المُسْلِمِ لا يَظْلِمُهُ ولا يُسْلِمُهُ، ومَن كانَ في حاجَةِ أخِيهِ كانَ اللَّهُ في حاجَتِهِ، ومَن فَرَّجَ عن مُسْلِمٍ كُرْبَةً، فَرَّجَ اللَّهُ عنْه كُرْبَةً مِن كُرُباتِ يَومِ القِيامَةِ، ومَن سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَومَ القِيامَةِ»
“Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lain; ia tidak menzalimi dan tidak menyerahkan (menyebabkan celaka) saudaranya, Siapa membantu kebutuhan saudaranya, Allah akan membantu kebutuhannya, Siapa meringankan kesulitan saudaranya, Allah ringankan kesulitannya kelak pada hari Kiamat, Siapa menutupi aib saudaranya, Allah tutupi aibnya kelak pada hari Kiamat”. (HR. Bukhari & Muslim).
Kewajiban kita: doa, bantuan, dan upaya nyata untuk meringankan penderitaan saudara-saudara kita di Indonesia.
Penutup dan doa singkat untuk korban di Indonesia
Mari kita mohon kepada Allah:
اللهم ارفع البلاء عن بلادنا، واشفِ الجرحى، وارحم من فقدوا أحبتهم، ونجّ من في الكرب، وسخّر للمتطوعين العون والقدرة على الإسعاف والإنقاذ.
Ya Allah, ringankanlah penderitaan saudara-saudara kami di seluruh nusantara; jadikan musibah ini pemicu kembali kepada-Mu dan perbaikan di antara kami.
Dr. Sirajul Yani, S.Pd.I, B.Sh, M.H.I
Founder Ilmu Center Academy dan Web: asy-syariah.com
Dapatkan Program Belajar Online dan Ebook Berkualitas di: ilmucenteracademy.com
Posting Komentar untuk "Sikap Mukmin Menghadapi Musibah (Gempa, Banjir, Longsor)"
Posting Komentar
Santun dalam berkomentar, cermin pribadi anda