Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Yang Dibolehkan Untuk Tidak Berpuasa 2 (Orang Yang Safar) (Materi #29)

Belajar Syariah Online



Yang Dibolehkan Untuk Tidak Berpuasa 2 (Orang Yang Safar) (Materi #29)
Oleh : Ustadz Sirajul Yani, M.H.I

الحمد لله والصلاه والسلام على رسول الله وعلى اله واصحابه ومن تبعهم باحسان الى يوم الدين وبعد

Saudara-saudaraku rahimani wa rahimakumullah, kita lanjutkan kembali masih dalam pembahasan siapa saja yang dibolehkan untuk tidak berpuasa.

2. Yang kedua yaitu orang yang musafir. Boleh bagi orang yang musafir yang lagi bersafar untuk berbuka atau tidak berpuasa dan ini sebagaimana kesepakatan ulama mazhab yang empat bahkan dinukil ijma' dalam hal ini sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu qudamah beliau mengatakan:

للمُسافِرِ أن يُفطِرَ في رمضانَ وغَيرِه, بدَلالةِ الكتابِ والسنَّةِ والإجماعِ

"Boleh bagi orang yang safar untuk berbuka di bulan Ramadan atau selainnya berdasarkan dalil dari Alquran dan Sunnah dan ijma' para ulama". Dalilnya Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضًا أَوۡ عَلَىٰ سَفَرٖ فَعِدَّةٞ مِّنۡ أَيَّامٍ أُخَرَۚ

"Maka barangsiapa di antara kalian yan sakit atau dalam keadaan safar, maka boleh baginya untuk berbuka dan wajib baginya untuk mengqadha puasanya (menggantikan puasanya pada hari-hari yang lain setelah bulan ramadhan)". (Surat Al-Baqarah, Ayat 184)

Dan juga sebagai bagaimana hadits Anas bin Malik radhiallahu Anhu Beliau pernah berkata:

أَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي إِبِلٍ كَانَتْ لِي أُخِذَتْ فَوَافَقْتُهُ وَهُوَ يَأْكُلُ فَدَعَانِي إِلَى طَعَامِهِ فَقُلْتُ إِنِّي صَائِمٌ فَقَالَ ادْنُ أُخْبِرْكَ عَنْ ذَلِكَ إِنَّ اللَّهَ وَضَعَ عَنْ الْمُسَافِرِ الصَّوْمَ وَشَطْرَ الصَّلَاةِ

"Aku pernah menemui Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dengan menaiki onta milikku lalu aku mendapati beliau sedang makan maka beliau mengajakku makan bersamanya. Aku berkata: "Aku sedang berpuasa, lalu Beliau bersabda:" Kemarilah kuberitahukan kepadamu tentang hal itu, Allah Subhanahu wa ta'ala telah membebaskan atau menggugurkan puasa dan setengah shalat dari orang yang berpergian atau orang yang Safar". (Hadits Riwayat An Nasa'i).
Dan jika puasa seseorang yang bersafar memberatkan dirinya maka hendaklah ia tidak berpuasa, dan itu lebih utama baginya sebagaimana kesepakatan ulama mazhab yang empat.

Adapun jika safar tersebut tidak memberatkan dirinya maka para ulama berselisih dalam hal ini mana yang lebih utama berpuasa atau berbuka?

A. Pendapat yang pertama berpuasa lebih utama, ini sebagaimana pendapat jumhur ulama Al Hanafiyah, Al Malikiyah, As Syafi'iyah dan yang dipilih oleh Ibnu Utsaimin.
Dalilnya keumuman firman Allah Subhanahu wa ta'ala :

وَأَن تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

"Dan hendaklah kalian berpuasa dan itu lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahuinya".

Dan juga hadist dari Abu Darda radhiyallahu 'anhu Beliau berkata :

خَرَجْنَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي بَعْضِ أَسْفَارِهِ فِي يَوْمٍ حَارٍّ حَتَّى يَضَعَ الرَّجُلُ يَدَهُ عَلَى رَأْسِهِ مِنْ شِدَّةِ الْحَرِّ وَمَا فِينَا صَائِمٌ إِلَّا مَا كَانَ مِنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَابْنِ رَوَاحَةَ

"Kami pernah berpergian bersama Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam pada sebagian perjalanan Beliau pada hari yang sangat panas, sehingga ada seseorang yang meletakkan tangannya di atas kepalanya karena sangat panasnya, dan tidak ada diantara kami yang berpuasa kecuali Nabi Shallallahu alaihi wasallam dan Ibnu Rawahah". (Hadits Riwayat Bukhari).

Dalam hadits di atas bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam berpuasa dan beliau dalam keadaan bersafar, dan perbuatan beliau ini lebih utama untuk diikuti.
Berkata Imam Ibnu Hajar rahimahullah dalam menjelaskan hadist di atas beliau mengatakan :

وفي الحديث دليلٌ على أنْ لا كراهِيَةَ في الصَّومِ في السَّفَرِ لِمَن قَوِيَ عليه ولم يُصِبْه منه مشقَّةٌ شديدة

"Dalam hadist ini terdapat dalil bahwasanya tidak ada larangan atau tidak dibenci berpuasa dalam keadaan dia bersafar bagi yang kuat fisiknya, tidak merasakan kesulitan atau kesusahan yang sangat dalam berpuasa". (Fathul Bari jilid 4 halaman 182).
Dengan seseorang berpuasa berarti dia telah terlepas dari tanggung jawab syariat yaitu berpuasa di bulan Ramadhan, berbeda dengan seseorang yang memiliki hutang puasa dia masih memiliki tanggung jawab atau kewajiban yang harus dibayar atau di tunaikan.

B. Pendapat yang kedua, yang mengatakan berbuka lebih utama. Ini sebagaimana madzhab al-Hanabilah dan sebagian ulama salaf dan yang dipilih oleh Ibnu Taimiyah dan Syaikh bin Baz rahimahullah. Syaikh Bin Baz rahimahullah ta'ala berkata:

الأفضَلُ للصَّائِمِ الفِطرُ في السَّفَرِ مطلقًا، ومن صام فلا حَرَجَ عليه

"Yang lebih utama bagi orang yang ketika dalam perjalanan hendaklah berbuka secara mutlak, dan barangsiapa yang ingin berpuasa maka tidak mengapa".

Dalilnya keumuman hadist Jabir bin Abdillah, beliau berkata:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ فَرَأَى زِحَامًا وَرَجُلًا قَدْ ظُلِّلَ عَلَيْهِ فَقَالَ مَا هَذَا فَقَالُوا صَائِمٌ فَقَالَ لَيْسَ مِنْ الْبِرِّ الصَّوْمُ فِي السَّفَرِ

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam dalam suatu perjalanan melihat kerumunan orang yang diantaranya ada seseorang yang sedang dipayungi, beliau bertanya: "Ada apa ini?", Mereka menjawab: "Orang ini sedang berpuasa, maka beliau bersabda: "Tidak termasuk kebajikan berpuasa dalam keadaan bersafar".

Maka pendapat yang kami pilih dalam masalah ini yaitu hendaklah seseorang yang bersafar dan safarnya tidak memberatkan dirinya untuk tetap berpuasa karena safarnya tidak memberatkan dirinya untuk tetap berpuasa.

Kenapa kami memilih pendapat ini?, karena 5 hal:

1. Pertama karena puasa di bulan Ramadhan lebih utama dari berpuasa nanti di luar bulan Ramadhan karena mengqadha'nya;
2.Kedua berpuasa ketika semua manusia berpuasa itu lebih mudah daripada berpuasa dalam keadaan sebagian orang tidak berpuasa;
3. Ketiga terlepas dari tanggungan hutang puasa yang harus dibayar setelah Ramadhan jika ia tidak berpuasa;
4. Keempat nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah berpuasa sunnah dalam keadaan bersafar, lebih lebih ketika puasa wajib;
5. Kelima dan para sahabat pernah berpuasa dalam keadaan bersafar, dan sebagian ada yang berbuka dan sebagian ada yang berpuasa dan tidak ada diantara mereka yang saling mencela dalam hal ini.

Wallahu ta'ala a'lam.

وصلى الله على نبينا محمد وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين

Post a Comment for "Yang Dibolehkan Untuk Tidak Berpuasa 2 (Orang Yang Safar) (Materi #29)"