Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Landasan Ahlu sunnah wal jamaah dalam penetapan akidah (3) (Aqidah #15)

Landasan Ahlu sunnah wal jamaah dalam penetapan akidah (3)

Program Belajar Syariah ke 1
Aqidah #15
Landasan Ahlu sunnah wal jamaah dalam penetapan akidah (3)
Ustadz Aziz Shodiq


بسم الله الرحمن الرحيم الحمدلله رب العالمين و الصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسول نبينا محمد و على اله و اصحابه و من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين.
اللَّهُمَّ إِنِي أَسْأَلُكَ الهُدَى، وَالتُّقَى، وَالعفَافَ، والغنَى اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا أما بعد
Saudara-saudariku yang dirahmati Allah Subhanahu Wa Ta'ala 

Diantara Ushul ahlussunnah atau pondasi ahlussunah dalam menetapkan masalah aqidah / perkara aqidah adalah mereka memahami dalil berdasarkan pemahaman sahabat. Mereka mengembalikan semua dalil baik dari al-Qur'an maupun Sunnah Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam, pemahamannya berdasarkan apa yang dipahami sahabat. Karena sahabat adalah manusia yang paling paham maksud dan tujuan dalil-dalil syari'at. Merekalah yang menyaksikan Wahyu turun dan merekalah yang faham asbabun nuzulnya, kapan ayat itu turun, kepada siapa, sehingga mereka lebih faham dalil-dalil agama ini. 

Oleh sebab itu ahlussunnah Wal Jama'ah mengembalikan pemahaman dalil al-Qur'an maupun hadis berdasarkan pemahaman sahabat. Hal ini berbeda dengan kelompok bid'ah atau orang-orang yang tersesat yang mana mereka tidak satu pemahaman dalam memahami dalil. Mereka juga tidak satu keyakinan dalam meyakini kemuliaan para sahabat, tsiqahnya, krebilitasnya para sahabat, amanahnya para sahabat. Seperti bisa kita lihat contoh kelompok bid'ah seperti khawarij atau Syi'ah rafidhah, mereka mencela para sahabat sehingga dengan demikian mereka tidak mau mengembalikan dalil yang mereka gunakan berdasarkan pemahaman sahabat, demikian. 

Diantara dalil yang menunjukkan bahwasannya wajib bagi kita mengkaitkan pemahaman dalil atau memahami agama ini berdasarkan pemahaman sahabat adalah firman Allah subhanahu wa ta'ala dalam surat an-Nisa ayat 115 Allah subhanahu wa ta'ala berfirman : 
(وَمَن یُشَاقِقِ ٱلرَّسُولَ مِنۢ بَعۡدِ مَا تَبَیَّنَ لَهُ ٱلۡهُدَىٰ وَیَتَّبِعۡ غَیۡرَ سَبِیلِ ٱلۡمُؤۡمِنِینَ نُوَلِّهِۦ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصۡلِهِۦ جَهَنَّمَۖ وَسَاۤءَتۡ مَصِیرًا)
" Barangsiapa yang menentang Rasul setelah jelas baginya petunjuk dan dia mengikuti jalan selain jalan orang mukmin (yaitu para sahabat) maka kami biarkan dia dalam kesesatannya dan kami akan campakkan dia ke dalam jahannam dan jahannam adalah tempat kembali yang paling buruk. 

Juga firman Allah subhanahu wa ta'ala dalam surat al-Baqarah ayat 137 Allah subhanahu wa ta'ala berfirman : 
(فَإِنۡ ءَامَنُوا۟ بِمِثۡلِ مَاۤ ءَامَنتُم بِهِۦ فَقَدِ ٱهۡتَدَوا۟ۖ وَّإِن تَوَلَّوۡا۟ فَإِنَّمَا هُمۡ فِی شِقَاقࣲۖ فَسَیَكۡفِیكَهُمُ ٱللَّهُۚ وَهُوَ ٱلسَّمِیعُ ٱلۡعَلِیمُ)
" Seandainya mereka (orang-orang munafik atau orang-orang Yahudi atau orang-orang musyrik) beriman seperti apa yang kalian imani / seperti keimanan kalian (yaitu para sahabat), maka tentu mereka mendapatkan petunjuk jika mereka berpaling dari keimanan itu berarti mereka dalam permusuhan denganmu wahai Nabi shallallahu alaihi wasallam dan Allah akan mencukupimu dan mereka, Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui" 

Demikian pula firman Allah subhanahu wa ta'ala dalam surat al-Baqarah ayat 13 Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman : 
(وَإِذَا قِیلَ لَهُمۡ ءَامِنُوا۟ كَمَاۤ ءَامَنَ ٱلنَّاسُ قَالُوۤا۟ أَنُؤۡمِنُ كَمَاۤ ءَامَنَ ٱلسُّفَهَاۤءُۗ أَلَاۤ إِنَّهُمۡ هُمُ ٱلسُّفَهَاۤءُ وَلَـٰكِن لَّا یَعۡلَمُونَ)
" Dan jika dikatakan kepada mereka (orang-orang munafik) berimanlah kalian sebagaimana orang-orang beriman (maksudnya adalah sebagaimana para sahabat beriman) mereka mengatakan apakah kami beriman seperti berimannya orang-orang bodoh (ini orang-orang munafik telah mencela sahabat dengan mereka menganggap bodoh), Ketahuilah bahwasanya merekalah orang-orang bodoh (orang-orang munafik itu orang-orang bodoh) tapi mereka tidak mengetahuinya" 

Itu tadi dalil dari al-Qur'an yang menunjukkan kepada kita kewajiban mengembalikan pemahaman agama ini berdasarkan pemahaman sahabat. Adapun hadis sebagaimana yang telah lalu, hadis dari sahabat 'Irbadh bin Saariyah, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam : 

فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ؛ فَإِنّها ضَلَالَةٌ فمن أدرك ذلك منكم فعليه بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيينَ، عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ
(Sesungguhnya barangsiapa diantara kalian yang berumur panjang dan dia hidup setelahku / setelah kematian ku niscaya ia akan melihat begitu banyak pertentangan / perselisihan dan hati-hatilah kalian dengan perkara-perkara yang baru (yang diada-adakan yang dimunculkan) karena perkara yang baru itu merupakan kesesatan, barangsiapa diantara kalian yang mendapati masa itu, hendaklah dia tetap memegang sunnahku dan Sunnah para khalifah Rasyidin, para Khalifah yang mendapat mendapat petunjuk, gigitlah ia dengan gigi geraham" 

Inilah dalil-dalil yang menjelaskan kepada kita, kewajiban kita untuk mengembalikan pemahaman agama ini berdasarkan pemahaman sahabat. Oleh sebab itu saudara-saudariku sekalian berdasarkan dengan dalil maka disana ada 3 poin penting yang perlu kita perhatikan. 

Ketika ada masalah agama, ketika ada kleim yang mengatakan bahwasanya ini adalah bagian dari agama baik itu berupa keyakinan, berupa ibadah maka ada 3 hal yang perlu kita perhatikan. 

Pertama adakah dalil yang menunjukkan hal itu / Wujudud dalil. 

Yang kedua Shihatud Dalil. Apakah dalil yang digunakan itu sah, Hafsah, valid, shahih. 

Yang ketiga apakah pendalilannya pas, apakah penerapan dalil itu pas sesuai yang diinginkan syari'at yaitu shihatul istidlal. Oleh sebab itu, 3 hal ini harus kita perhatikan. Jika ada hal yang berkaitan dengan agama, yang mengklaim adalah bagian dari agama, maka harus ada dalil, dalilnya harus shahih dan pendalilannya harus pas, wajib istidlal itu harus shahih harus valid harus sesuai dengan apa yang dipahami oleh para sahabat, oleh tabi'in oleh para-para ulama setelah mereka. 

Wallahu 'alam 

Soal Evauasi: Kenapa kelompok bid'ah tidak satu pemahaman dalam memahami dalil terhadap permasalahan akidah?

NB:Dilarang mengubah audio dan isi materi dan memindahkannya tanpa mencantumkan sumber.

Post a Comment for "Landasan Ahlu sunnah wal jamaah dalam penetapan akidah (3) (Aqidah #15)"