Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cara membersihkan sesuatu yang terkena najis (Fiqih Ibadah #11)

Cara membersihkan sesuatu yang terkena najis

Program Belajar Syariah ke 1
Fiqih Ibadah #11
Cara membersihkan sesuatu yang terkena najis
Ustadz Sirajul Yani, M.H.I

بسم الله الرحمن الرحيم الحمد الله و الصلاة والسلام على رسول الله و على اله و اصحابه و من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين أما بعد
Ikhwati fillah a'azzaniyallahu wa iyyakum 
Pada kesempatan kali ini kita akan membahas cara membersihkan sesuatu yang terkena najis. Adapun membersihkan najis / zatnya najis / sesuatu yang najis maka tidak mungkin. Akan tetapi disini pembahasan kita bagaimana cara membersihkan sesuatu yang terkena najis padanya sehingga najisnya hilang para ulama berselisih mengenai cara membersihkannya. Apakah harus dengan air atau tidak, atau boleh dengan menggunakan apapun selain dari air. Dan pendapat yang kuat adalah pendapat yang mengatakan boleh menggunakan apapun selain dari air untuk menghilangkan najis pada sesuatu. Dalilnya sebagaimana hadits dari Salman radhiyallahu 'anhu bahwasanya Salman: 
قِيلَ لَهُ: قَدْ عَلَّمَكُمْ نَبِيُّكُمْ كُلَّ شَيْءٍ، حَتَّى الْخِرَاءَةَ. قَالَ، فَقَالَ: أَجَلْ. لَقَدْ نَهَانَا أَنْ نَسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةَ لِغَائِطٍ أَوْ بَوْلٍ، أوَ أَنْ نَسْتَنْجِيَ بِاليَمِينَ، أَوْ أَنْ نسْتَنْجِيَ بِأَقَلَّ مِنْ ثَلاَثَةِ أَحْجَارٍ. أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِيَ بِرَجِيعٍ أَوْ بِعَظْمٍ. رواه مسلم.
"Salman dia pernah berkata bahwasanya ada yang bertanya kepadanya 'apakah nabi kalian telah mengajarkan segala sesuatu hingga adab beristinja?' (artinya adab membersihkan kotoran adab buang air besar) Salman menjawab 'ia sungguh beliau melarang kami buang air besar buang air kecil dengan menghadap kiblat, bersuci dengan tangan kanan, bersuci dengan batu kurang dari 3 buah atau bersuci dengan kotoran hewan atau tulang." (HR Muslim) 

Dalam hadits ini seseorang boleh membersihkan tinjanya atau kencingnya dengan selain air yaitu dengan batu yang kita kenal dengan istijmar dengan syarat tidak boleh kurang dari 3 batu. Intinya menghilangkan sesuatu yang najis boleh dengan apapun yang penting zat najisnya hilang dan juga bekasnya. 

Ini sebagaimana juga air yang terkena sesuatu yang najis maka dihilangkan dengan apapun sampai zat najis pada air tersebut hilang baik dari sisi warnanya, baunya, maupun rasanya. 

Dalam hadis di atas juga ada isyarat bahwasanya dalam membersihkan sesuatu yang najis harus berkali-kali sampai bekas atau zat najisnya hilang dan tidak disyaratkan dengan bilangan tertentu. Kapan najis atau zat dan bekas najis tersebut hilang maka sesuatu itu menjadi suci. Bisa sekali, dua kali, tiga kali dan seterusnya sampai suci. 

Sebagaimana hadits dari Asma' radhiyallahu 'anha, beliau pernah berkata (yang artinya) 
" Seseorang wanita datang kepada Nabi shallallahu alaihi wassalam dan bertanya ' Bagaimana pendapat tuan jika salah seorang dari kami darah haidnya mengenai pakaiannya, apa yang harus dilakukannya? Beliau menjawab 'Membersihkan darah haid yang mengenai pakaiannya dengan menggosoknya, dengan jari lalu memerciknya dengan air, mengusapnya dengan air kemudian salat dengan pakaian tersebut." (HR al-Bukhari) 

Kecuali apa-apa yang disebutkan oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam cara yang lain dalam membersihkan najis tersebut. Seperti yang sudah kita jelaskan cara membersihkan bekas air liur atau jilatan anjing, dia dengan cara khusus membersihkannya, yaitu dengan membersihkan 7 Kali dengan air yang diawali dengan tanah dan lain sebagainya dari cara lain dalam membersihkan sesuatu yang terkena najis padanya. Begitu juga zat-zat cair yang terkena padanya najis dibersihkan sebagaimana najis yang terkena pada air. 

Kita cukupkan sampai di sini. 
و صلى الله على نبينا محمد و اخر دعوانا عن الحمد لله رب العالمين
Soal Evauasi: Bolehkah membersihkan sesuatu yang terkena najis dengan selain air? kenapa? 

NB:Dilarang mengubah audio dan isi materi dan memindahkannya tanpa mencantumkan sumber.

Post a Comment for "Cara membersihkan sesuatu yang terkena najis (Fiqih Ibadah #11)"