Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Adab Seorang Pelajar Terhadap Dirinya 06 (Adab Menuntut Ilmu Syar’i #7)


Program Belajar Syariah ke 1
Adab Menuntut Ilmu Syar’i #7
Adab Seorang Pelajar Terhadap Dirinya 06
(Selalu merasakan Khasyah -rasa Takut- kepada Allah -jalla fil 'ula-)
Ustadz Ridwan Febrianto, Lc

بسم الله و الحمد الله، الصلاة و السلام على رسول الله
Melanjutkan kemarin tentang adab yang ketiga yaitu Mulazamatu khasyatillahi artinya adalah kita senantiasa selaku penuntut ilmu senantiasa merasakan ketakutan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala. Dan kemarin kita jelaskan mengapa seorang penuntut ilmu sudah selayaknya, sudah seharusnya merasakan hal tersebut, jawabannya adalah karena penuntut ilmu hari-harinya dipenuhi dengan ayat-ayat al-Qur'an dan juga dengan hadits-hadits Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dan ayat-ayat al-Qur'an yang dipenuhi dengan ancaman terhadap orang yang lalai, terhadap orang yang zalim begitu pula hadis-hadis Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Terlebih lagi ketika ayat tersebut, hadis tersebut berhubungan dengan neraka, berhubungan dengan azab, dan lain sebagainya. Lalu kemudian kalau kita mengamalkan, kalau kita melakukan atau memperhatikan adab yang ketiga ini, senantiasa merasakan ketakutan kepada Allah subhanahu wa ta'ala, maka adab yang ketiga ini bisa menuntun kita untuk senantiasa beramal dengan apa yang kita ilmui. Senantiasa beramal, melakukan apa yang kita miliki dari ilmu tersebut, artinya ketika kita berilmu, kita tidak cukup berilmu saja tanpa beramal, bahkan sebagian besar orang ketika ia punya ilmu, mereka malas beramal. Ketika mereka berilmu, mereka enggan beramal. Kalau seperti itu, apa gunanya ilmu yang mereka miliki. Bahkan ilmu tersebut bisa menjadi bumerang bagi dia nanti di hari kiamat. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman : 
(یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفۡعَلُونَ)
"Wahai orang-orang beriman mengapa engkau mengucap sesuatu yang engkau sendiri tidak berbuat terhadap ucapan tersebut." 

Kita mengajak orang untuk shalat misalkan ke masjid, kita sendiri tidak shalat ke masjid. Kita mengambil orang untuk meninggalkan riba, kita sendiri melakukan yang namanya riba. 
(كَبُرَ مَقۡتًا عِندَ ٱللَّهِ أَن تَقُولُوا۟ مَا لَا تَفۡعَلُونَ)
"Sungguh besar kemarahan Allah ketika kita mengucapkan sesuatu yang tidak kita lakukan." 

Lalu kemudian, seorang penuntut ilmu ketika dia merasa takut, maka takut tersebut akan mendorongnya untuk melakukan amalan-amalan, untuk mendorongnya melakukan apa yang ia miliki dari ilmunya. Imam Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ta'ala 'anhu berkata : 
هتف العلم بالعمل، فإن أجابه وإلا ارتحل
" Ilmu itu selalu memanggil amal untuk mendekat ( artinya ketika kita memiliki ilmu, ilmu yang kita miliki akan terus mengajak kita untuk mengamalkan ilmu tersebut), kalau seandainya amal menjawab panggilan ilmu maka ilmu tersebut akan semakin kuat di dalam dada kita akan tetapi kalau amalan tersebut tidak mau menjawab panggilan ilmu (kalau kita tidak membarengi ilmu kita dengan amalan) maka ilmu tersebut akan lenyap/pergi dari dada kita (pergi dari akal kita)". 

Lalu kemudian, kalau seandainya kita mau mengamalkan apa yang kita miliki dari ilmu, maka Allah Subhanahu wa ta'ala akan menambahkan ilmu di atas ilmu, artinya ilmu kita akan bertambah semakin banyak, ilmu kita akan semakin bertambah disebabkan karena kita mengamalkan apa yang kita miliki dari ilmu tersebut. Kita ambil contoh, misalkan kita belajar Sifat Salat Nabi. Bagaimana Rasulullah shalallahu 'alahi wasallam salat, mulai dari takbiratul ihram sampai Rasulullah shalallahu 'alayhi wasallam mengucapkan "assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh". Bayangkan jika kita belajar Sifat Salat Nabi, lalu kemudian setelah kita khatam membaca Sifat Salat Nabi, misalkan buku Sifat Salat Nabi punya Syekh Albani , setelah kita selesai membaca, sudah kita letakkan buku tersebut, kita salat semau kita, tidak kita praktekkan. Hasilnya apa? Ilmu itu sedikit demi sedikit akan hilang. Akan tetapi sebaliknya, kalau seandainya kita membaca satu buku, misalkan tadi kita ambil Sifat Salat Nabi karangan Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani , selesai kita membaca satu demi satu apa yang tertulis dari buku tersebut, apa yang kita pelajari dari buku tersebut kita praktekkan. Bagaimana Rasulullah takbiratul ihram, bagaimana Rasulullah mengangkat tangannya ketika takbiratul ihram, apakah sejajar dengan bahu atau sejajar dengan telinga, bagaimana Rasulullah shalallahu alayhi wasallam ruku', bagaimana Rasulullah shalallahu alayhi wasallam sujud, bagaimana bacaan doa istiftah beliau, ternyata doa istiftah beliau ada berbagai macam, ada berbagai sighah, ketika kita praktekkan satu demi satu, maka ilmu tersebut akan menancap kuat di dalam dada kita. Semoga ini bisa memberi faidah dan ini kelanjutan dari bab/adab yang ketiga tadi yaitu Mulazamatu khasyatillah. Penuntut ilmu senantiasa mengiringi harinya dengan rasa takut kepada Allah Subhanahu wa ta'ala. Yang mana rasa takut tersebut akan mendorongnya untuk selalu beramal, selalu mengamalkan dengan apa yang dimiliki dari ilmu tersebut. Seorang penuntut ilmu kalau tidak beramal, ilmu tersebut akan menjadi bumerang baginya di hari kiamat. Akan tetapi kalau dia beramal ganjarannya sangat banyak. Allah akan Tambahkan ilmu tersebut, kemudian Allah akan tetapkan/mantapkan ilmu tersebut di dalam dadanya. 

Wallahu ta'ala 'alam

Soal Evauasi: hukuman apakah yang didapatkan seseorang yang enggan mengamalkan ilmunya? sebaliknya, apa hal positif yang ia dapatkan jika menghiasi ilmunya dengan amalan/ perbuatan?

NB:Dilarang mengubah audio dan isi materi dan memindahkannya tanpa mencantumkan sumber.

Post a Comment for "Adab Seorang Pelajar Terhadap Dirinya 06 (Adab Menuntut Ilmu Syar’i #7)"