Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Syarat-Syarat Puasa (Baligh) 2 (Materi #13)

Syarat-Syarat Puasa (Baligh) 2 (Materi #13)

Syarat-Syarat Puasa (Baligh) 2 (Materi #13)
Ustadz Sirajul Yani, M.H.I



بسم الله الرحمن الرحيم الحمد لله والصلاه والسلام على رسول الله وعلى اله واصحابه ومن تبعهم باحسان الى يوم الدين وبعد، إخوتي في الله عزني الله وإياكم

Kita lanjutkan kembali pembahasan masih berkaitan dengan syarat-syarat puasa, syarat yang kedua yaitu baligh, baligh adalah di antara syarat wajib bagi orang yang ingin berpuasa ini sebagaimana hadist Ali Radhiallahu 'anhu bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda:

رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلَاثَةٍ عَنْ النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقِظَ وَعَنْ الصَّبِيِّ حَتَّى يَحْتَلِمَ وَعَنْ الْمَجْنُونِ حَتَّى يَعْقِلَ

"Pena pencatat amal dan dosa itu diangkat dari tiga golongan, orang yang tidur hingga ia bangun, anak kecil hingga ia bermimpi, dan orang gila hingga ia berakal". (HR. Abu Daud). 

Dan ini juga ijma para ulama sebagaimana yang dinukil oleh Ibnu Hazm, Ibnu Rusy, Al Imam Nawawi dan Muhammad Ibnu Muflih, Muhammad Ibnu Muflih berkata:

صومُ رَمَضانَ فرضٌ على كلِّ مسلمٍ بالِغٍ، عاقلٍ، قادرٍ، مُقيمٍ

"Puasa Ramadan wajib bagi setiap muslim baligh, aqil, mampu dan dalam keadaan mukim". 
Dan berkata Imam Nawawi:

ﻓﻼ ﻳﺠﺐ ﺻﻮﻡ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﻋﻠﻰ اﻟﺼﺒﻲ ﻭﻻ ﻳﺠﺐ ﻋﻠﻴﻪ ﻗﻀﺎء ﻣﺎ ﻓﺎﺕ ﻗﺒﻞ اﻟﺒﻠﻮﻍ ﺑﻼ ﺧﻼﻑ

"Tidak wajib berpuasa bagi anak kecil dan tidak wajib atasnya untuk mengqadha', dan tidak wajib mengqadha puasa yang telah ia tinggalkan sebelum dia baligh tanpa ada perselisihan di antara para ulama".

Oleh karenanya tidak wajib berpuasa bagi anak kecil yang belum baligh begitu juga mengqadha puasa puasa mereka sebelum baligh, akan tetapi anak kecil diperintahkan untuk berpuasa sebagai pembiasaan semampu mereka dan jika tidak ada mudharat atau bahaya yang didapatkan. Dan ini sebagaimana madzhab jumhur para ulama, akan tetapi di antara mereka terdapat perselisihan yaitu diperintahkan sebagai pembiasan itu dari umur berapa? dan disebutkan oleh Imam Nawawi beliau mengatakan:

وإذا أطاق الصَّومَ وَجَبَ على الوليِّ أن يأمُرَه به لسبعِ سِنينَ، بشَرطِ أن يكون مُمَيِّزًا، ويضرِبَه على ترَكِه لعشرٍ؛ لِمَا ذكره المُصنِّفُ، والصَّبِيَّةُ كالصبيِّ في هذا كلِّه بلا خلافٍ

Jika dia mampu untuk berpuasa maka walinya memerintahkannya untuk berpuasa ketika berumur 7 tahun dengan syarat ia telah tamyiz (sekitar umur 7 tahun), dan dipukuli dia jika meninggalkan puasa pada umur 10 tahun, dan anak kecil wanita sama dengan anak kecil laki-laki dalam hal ini. Dan tidak ada khilaf para ulama dalam hal ini. Maka disini Al Imam Nawawi menggunakan kias kapan diperintahkan anak kecil itu berpuasa dikiaskan dengan perintah shalat. Dan ini sebagaimana hadits Rabi' bintu Muawwidz, beliau berkata:

أَرْسَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَدَاةَ عَاشُورَاءَ إِلَى قُرَى الْأَنْصَارِ مَنْ أَصْبَحَ مُفْطِرًا فَلْيُتِمَّ بَقِيَّةَ يَوْمِهِ وَمَنْ أَصْبَحَ صَائِمًا فَليَصُمْ قَالَتْ فَكُنَّا نَصُومُهُ بَعْدُ وَنُصَوِّمُ صِبْيَانَنَا وَنَجْعَلُ لَهُمْ اللُّعْبَةَ مِنْ الْعِهْنِ فَإِذَا بَكَى أَحَدُهُمْ عَلَى الطَّعَامِ أَعْطَيْنَاهُ ذَاكَ حَتَّى يَكُونَ عِنْدَ الْإِفْطَارِ

"Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengirim utusan ke kampung Kaum Anshar pada siang hari 'Asyura (untuk menyampaikan): "Bahwa siapa yang tidak berpuasa sejak pagi hari maka dia harus menggantinya pada hari yang lain, dan siapa yang sudah berpuasa sejak pagi hari maka hendaklah dia melanjutkan puasanya". Dia (Ar-Rubai' binti Mu'awwidz) berkata; "Setelah itu kami selalu berpuasa dan kami juga mendidik anak-anak kecil kami untuk berpuasa dan kami sediakan untuk mereka semacam alat permainan terbuat dari bulu domba, apabila seorang dari mereka ada yang menangis meminta makan maka kami beri dia permainan itu. Demikianlah terus kami lakukan hingga tiba waktu berbuka". (HR. Bukhari).

Jika anak kecil tersebut baligh di pertengahan bulan Ramadhan, maka wajib bagi dia untuk berpuasa pada hari-hari yang tersisa dan tidak harus baginya untuk mengqadha' hari-hari yang telah lewat yang telah lalu. Dan ini sebagaimana kesepakatan ulama madzhab yang empat dan ijma' para ulama. Ini disebabkan mereka belum terkena kewajiban puasa maka tidak wajib bagi mereka mengqadha puasanya. Jika anak kecil tersebut masuk baligh di pertengahan hari atau di siang Ramadhan, dan dia dalam keadaan tidak berbuka artinya dia berpuasa maka wajib baginya menahan diri dan mulai berpuasa pada saat itu dan tidak wajib baginya qadha' atas hari tersebut. Ini pendapat Al Hanafiyah, dan sebagian Al Hanabilah dan yang dipilih oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Syaikh Utsaimin, semoga bermanfaat. Wallahu ta'ala a'lam.

وصلى الله على نبينا محمد وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين

Post a Comment for "Syarat-Syarat Puasa (Baligh) 2 (Materi #13)"