Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Syarat-Syarat Puasa (Berakal) 3 (Materi #14)

Syarat-Syarat Puasa (Berakal) 3 (Materi #14)

Syarat-Syarat Puasa (Berakal) 3 (Materi #14)
Ustadz Sirajul Yani, M.H.I



الحمد لله والصلاه والسلام على رسول الله وعلى اله واصحابه ومن تبعهم باحسان الى يوم الدين وبعد، إخوتي في الله عزني الله وإياكم

Kita lanjutkan kembali pada Syarat yang ke 3 dari syarat syarat puasa yaitu: Berakal Berakal termasuk syarat wajib bagi orang yang berpuasa, Sebagaimana Hadis Ali radhiallahu anhu yang telah kita sebutkan, sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam:

رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلَاثَةٍ عَنْ النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقِظَ وَعَنْ الصَّبِيِّ حَتَّى يَحْتَلِمَ وَعَنْ الْمَجْنُونِ حَتَّى يَعْقِلَ

"Pena pencatat amal dan dosa itu diangkat dari tiga golongan di antaranya dan orang yang gila sampai dia berakal ". Dan telah datang ijma' dalam hal ini sebagaimana yang di nukilkan oleh Ibnu Hazm, Ibnu Rusyd, dan muhammad ibnu muflih, Ibnu Hazm berkata dalam kitab nya marotibul ijma' hal 39:

اتَّفقوا على أنَّ صِيامَ نَهارِ رمضانَ على: الصَّحيحِ المُقيم العاقِلِ البالِغِ الذي يعلم أنَّه رَمَضانُ وقد بلَغَه وجوبُ صِيامِه، وهو مُسلِمٌ

"Dan para Ulama bersepakat bahwasanya wajib berpuasa bagi yang sehat dalam keadaan muqim, berakal dan baligh yang dia mengetahui telah datang nya ramadhan dan dia Muslim”.

Maka diantara yang wajib baginya untuk berpuasa adalah Al'aqil (berakal) bagi yang kehilangan akalnya maka tidak wajib baginya untuk berpuasa dan hilang nya akal disebabkan 3 hal:

Yang pertama: Hilang nya akal dikarenakan gila dan sejenisnya, bila seseorang kehilangan akal kemudian gila maka tidak wajib baginya berpuasa dan tidak sah puasanya jika dia berpuasa ini sebagaimana hadis dari Ali yang kita sebutkan tadi. Dan ini juga telah datang ijma' dalam hal ini sebagaimana yang telah di nukilkan oleh imam An-Nawawi dan Ibnu Taimiyah beliau pernah berkata:

اتفقَ العُلَماءُ على أنَّ المجنونَ والصَّغيرَ الذي ليس بممَيِّزٍ، ليس عليه عبادةٌ بدنيَّةٌ، كالصَّلاةِ والصِّيام

"Dan para Ulama bersepakat bahwasanya orang yang gila dan anak kecil belum tamyiz tidak ada kewajiban bagi mereka untuk ibadah seperti solat dan puasa". Dalam kitab beliau minhaju sunnah Nabawiyah jilid ke 6 hal 49. Dan beliau juga brkata dalam majmu' fatawa:

وأمَّا المجنونُ الذي رُفِعَ عنه القَلَمُ، فلا يصِحُّ شَيءٌ من عباداتِه باتِّفاقِ العُلَماءِ، ولا يصِحُّ منه إيمانٌ ولا كُفرٌ، ولا صلاةٌ، ولا غيرُ ذلك من العباداتِ

"Dan bagi orang yang gila yg telah di angkat pena catatan amal soleh dan kebaikan nya maka tidak sah sedikitpun dari ibadah yang mereka lakukan, sebagaimana kesepakatan para Ulama dan tidak sah bagi mereka keimanan dan kekufuran dan juga tidak di terima solat dan lain sebagainya ibadah-ibadah”.

Dan jika dia sadar di pertengahan siang atau hari ramadhan maka wajib baginya untuk menahan diri di sisa hari tersebut sebagaimana madzhab Hanafiah, dan sebagian Riwayat hanabil dan yang dipilih oleh Syaikh Islam Ibnu Taimiyah , Ibnu Utsaimin, dan itu di karenakan dia telah dibebani kewajiban tatkala ia sadar dan orang yang gila jika telah sadar dan hilang gilanya tidak wajib baginya mengqadha puasa yang telah ia tinggalkan pada saat dia gila baik waktunya panjang maupun pendek, baik itu waktu gilanya sebulan penuh atau setengah hari ini sebagaimana Hadis dari Ali radhiyallahu anhu yang telah kita sebutkan. Kemudian berikutnya jika seseorang hilang akalnya karena pingsan dari sejak subuh sampai magrib maka tidak sah puasanya dan wajib mengqadha hari tersebut dan ini pendapat jumhur para ulama dan ulama Mazhab almalikiyah al hanabila dan asyafi'iyah janji katakan ijma' pada hal ini, Sebagaimana yang dinukill kan oleh Ibnu Qudamah dia berkata:

ومتى فسَدَ الصَّومُ به- أي بالإغماءِ- فعلى المُغمَى عليه القَضاءُ بِغَيرِ خلافٍ عَلِمناه

“Dan kapan rusak disebabkan karena pingsan dan hendaklah baginya mengqadha yg pingsan untuk mengqadha menggantikan puasanya, dalam hal ini tanpa ada perselisihan yang kami ketahui”.

Kerena ibadah puasa harus dibarengi dengan niat dan keinginan hati karena orang yang pingsan tidak memiliki niat dan dalil wajibnya mengqadha puasa Umum nya firman Allah Subhanallah wa Ta'ala:

وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ

“Dan barang siapa diantar kalian sakit atau safar maka hendaknya dia menggantinya hari yang ia tinggalkan pada hari hari yg lain, mengqadha puasa nya pada hari² yang lain setelah bulan Ramadhan”.

Adapun jika dia pingsan kemudian sadar di pertengahan hari walaupun sebentar maka puasa nya sah dan tidak wajib mengqadha menggantikannya ini pendapat Asy Syafi'i , alhambali, karena puasa di haruskan adanya niat dalam menjalankannya maka tatkala ia sadar maka telah ada niat dan keinginan diri dalam melaksanakan nya. Kemudian berikutnya Hilangnya akal dikarenakan hilang nya ingatan maka tidak wajib baginya berpuasa itu lah di fatwakan oleh Al lajnah ad daaimah dan dipilih oleh Ibnu utsaimin disebutkan:

سُئِلَتِ اللجنةُ الدائمة عن والدٍ مُصابٍ بفقدانِ الذاكرةِ، وقد أفطر شَهرَ رَمَضانَ. فأجابت اللجنةُ الدائمة- برئاسة ابن باز-: (.. ليس على والِدِكم صلاةٌ ولا صيامٌ؛ لأنَّه فاقِدٌ للعَقلِ، وقد قال النبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم: ((رُفِعَ القلمُ عن ثلاثةٍ: النَّائِمِ حتى يستيقِظَ، والصَّغيرِ حتى يحتَلِمَ، والمجنونِ حتى يُفيقَ))، ووالِدُكم فاقِدٌ للعقلِ، كواحدٍ مِن هؤلاء)

“Di tanya al Lajnah ad daaimah komite fatwa di saudi Arabia tentang seorang ayah yang hilang ingatan dan ia telah berbuka di bulan Ramadhan, Maka Komite Lajnah ad daaimah ini menjawab yang di ketauhi oleh Syaikh binbaz rahimahullah, Dijawab : tidak ada kewajiban atas ayah kalian solat maupun puasa karena dia telah kehilangan akal, kehilangan ingatan, dan Nabi shallallahu Alaihi Wasallam pernah bersabda : " Pena pencatatan amal sholeh dan dosa diangkat dibagi 3 orang, orang yg tidur sampai dia sadar , dan anak kecil sampai dia baligh, dan orang gila sampai dia sadar, dan ayah kalian termasuk yang kehilangan ingatan, kehilangan akal, termasuk salah satu yang 3 tadi”. Begitu juga Berkata Ibnu Utsaimin:

ومثله أيضًا الكبيرُ الذي بلغ فقدانَ الذَّاكرة، كما قال هذا السَّائِلُ، فإنَّه لا يجِبُ عليه صومٌ ولا صلاةٌ ولا طهارةٌ؛ لأنَّ فاقِدَ الذَّاكرة هو بمنزلةِ الصبيِّ الذي لم يُمَيِّزْ، فتسقُطُ عنه التكاليفُ، فلا يُلزَمُ بطهارةٍ، ولا يُلزَمُ بصلاةٍ، ولا يُلزَمُ أيضًا بصيامٍ

"Dan semisalnya juga orang tua kehilangan ingatan, sebagaimana pertanyaan dari penanya, Maka tidak wajib baginya untuk berpuasa, sholat dan juga thoharoh (bersuci), karena yang hilang ingatan dia sama kedudukannya dengan anak kecil yang belum tamyiz, maka gugur atasnya kewajiban-kewajiban pembebanan syari'at maka tidak harus baginya untuk thaharoh dan tidak harus baginya untuk melaksanakan sholat dan tidak harus baginya untuk berpuasa”, ini sebagaimana yang di nukil dalam kitab majmu' fatawa karangan Syaikh Utsaimin. Disini dalil nya menggunakan Qias mengqiaskan dengan anak kecil yang belum tamyiz, Sebagaimana Hadis 'Aisyah radhiyallahu anha, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلَاثَةٍ عَنْ النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقِظَ وَعَنْ الْمُبْتَلَى حَتَّى يَبْرَأَ وَعَنْ الصَّبِيِّ حَتَّى يَكْبُرَ

"Pena pencatatan amall sholeh dan dosa diangkat bagi 3 orang, Orang yang tidur hingga terbangun, orang yang gila hingga ia waras, anak kecil hingga ia baligh” (HR Abu Dawud)

Wallahu’alam

وصلى الله على نبينا محمد وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين

Post a Comment for "Syarat-Syarat Puasa (Berakal) 3 (Materi #14)"